Chapter 8

887 93 13
                                    

Aku ingin menyelamatkan kakakku dan aku akan melakukannya. Persetan dengan tubuh zombieku ini.

Kemudian, saat tubuhku melesat menerjang Acnologia, harusnya aku tahu bahwa aku  tidak berubah menjadi zombie. Melainkan menjadi monster seperti dirinya sekarang.
.
.
.

Aku tidak terlalu mengingat apa yang terjadi, tapi, ingatan tentang jerit pilu orang-orang masih terngiang di telingaku.

"I-itu Pa-Pangeran Natsu, ka?"

"Uso! Dia sudah meninggal dan dia bukan monster!"

"A-apa yang sebenarnya terjadi?"

Kerajaan dilalap api, semua bangunan yang susah payah dibangun rakyat Vermillion, hancur rata dengan tanah. Mayat bergelimpangan dan darah membanjiri Vermilion. Bencana, rajapati menimpa kerajaanku.

"Natsu! Sadarlah! Ini aku, Erza!" teriak Erza, tapi, aku sama sekali tak menghiraukannya.

"Sadarlah, Flame-head!" Dan itu Gray.

Semuanya terjadi tanpa mampu kucegah, atau mungkin aku memang tidak berniat menghentikannya. Tujuanku kala itu hanyalah membunuh Acnologia, itu saja. Aku tidak peduli apapun.

Saat aku sadar, Acnologia masih berdiri tegak, tersenyum meremehkan. Sedangkan sekelilingku, hancur tak bersisa. Papa, mama, paman, Zeref-nii, Erza, Gray, Wendy, Lisanna, semua mati dan akulah pembunuh mereka.

"Lihat apa yang kau perbuat, Natsu. Hanya karena amarahmu, kau menghancurkan kerajaan yang kau cintai. Semua orang yang dulu menyayangimu pun kau bunuh," ujar Acnologia.

"Ti-tidak. Apa yang telah aku lakukan?"

Acnologia tersenyum menghinaku. "Inilah yang kau lakukan, Natsu."

Acnologia yang kini memiliki sayap dan cakar menudingku dan melanjutkan, "kakakmu bilang aku akan berubah menjadi monster. Dia salah. Dari dulu aku adalah monster, yang berubah itu kau, Natsu."

Aku menatap bayanganku di genangan air dan menyadari diriku telah berubah sama sepertinya. Aku telah berubah menjadi monster. Aku menjerit, meraung dengan rasa amarah dan sedih. Jerit tangis setiap orang yang kusayangi terputar kembali di kepalaku. Erza, Gray dan yang lainnya yang telah kubunuh. Aku harap Zeref-nii tidak menghidupkanku kembali jika begini jadinya.

"Rasakanlah rasa sakit ini, Natsu. Rasakan apa yang kurasakan dalam hidup abadimu. Kau akan kekal dalam rasa ini. Ingat itu." Acnologia pun pergi meninggalkan aku yang menjerit meminta waktu berputar kembali.
.
.
.
"Sejak saat itu, hutan yang mengelilingi kerajaan ini berubah menghitam. Memenjarakanku yang tinggal di sisa-sisa bangunan yang dulu kupanggil rumah. Waktu berlalu dan tempat ini tidak dikenal lagi sebagai Vermilion, melainkan sebagai Hutan Hitam atau Hutan terkutuk. Sedangkan aku yang tinggal jauh di dalamnya dikenal sebagai Monster Hutan Hitam atau Si Naga Merah dari Hutan Hitam. Aku tidak tahu siapa yang memulainya, tapi, itu menyebar begitu saja bagai tertiup angin," pungkas Natsu.

Lucy menitikkan air mata mendengar cerita Natsu. Sungguh menyedihkan saat seorang pangeran yang tadinya begitu dicintai menjadi penyebab bencana itu sendiri.

"Aku menyesal dan menyesal, tapi, itu semua tidak mampu untuk menghidupkan kembali teman-temanku. Aku menangis, menjerit tiap malam, tapi, tidak mampu memadamkan api bencana yang telah menghanguskan Vermilion. Waktu berjalan dan seperti Acnologia katakan, aku hidup abadi dalam rasa sakit. Namun, aku sudah belajar untuk tidak menangis lagi,"  ujar Natsu sembari tersenyum pada Lucy.

Melihatnya begitu, hati Lucy terenyuh sakit. Lucy yang juga seorang putri kesayangan Negeri Selatan, tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia yang di posisi Natsu. Sekarang dia kesayangan Negerinya, lalu, suatu saat dia menjadi sumber malapetaka, entahlah. Lucy tidak sanggup membayangkannya.

Fairy Tail: Beauty and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang