Chapter 3

1K 100 19
                                    

"L-lepaskan saja a-ayahku.. " gumam Lucy, lirih.

"Akan aku beri kau pilihan lagi," ucap monster itu. "Akan kulepaskan ayahmu, tapi, dengan satu syarat."
.
"Jangan pernah ke hutan itu lagi, Papa," pinta Lucy dengan lirih.

"Sayonara, Papa."
.
"Kau datang...," ucap monster itu sembari membalikkan tubuhnya menghadap pada seseorang yang baru sesaat memasuki istananya.

"Aku bukanlah orang yang suka mengingkari janji," balas Lucy. Rambut pirangnya tertutup kerudung, ikut menyembunyikan wajahnya.

"Baguslah karena aku juga benci orang yang mengingkari janji." Monster itu berlalu melewati Lucy. Beberapa langkah kemudian dia kembali berbalik menatap punggung Lucy yang bergetar.

"Dan jangan panggil aku monster. Aku punya nama."

"Panggil aku Natsu."
.
.
.
.
"Hei! Kenapa aku yang jadi monsternya? Dan kenapa aku sangat kejam?" protes Natsu. Lucy hanya memutar bola matanya.

"Kau kan memang pantas jadi monsternya, Natsu. Lagipula kau juga Naga Merah, hanya saja dari Magnolia hihihi," ujar Happy sembari terkikik geli.

"Ta-tapi kan... "
"Sudahlah, Natsu. Inikan hanya dalam cerita," imbuh Lucy membuat Natsu tambah cemberut.

"Ne ne, Lucy! Apa nantinya akan datang pangeran yang menyelamatkanmu?" tanya Happy. Kepalanya menyeruduk melewati lengan Lucy demi melihat buku dongengnya.

"Kurasa ada, kita akan tahu nanti."

"Kalau begitu pangerannya harus Gray!" usul Happy, membuat Natsu setengah bangun dan menatap tajam kucing biru itu.

"Kenapa harus si Ice Boxer itu? Mana ada pangeran yang telanjang kemana-mana!"

"Kupikir Gray masuk kriteria pangeran, ya kan, Lucy?"

"Etto..."

"Hey! Lalu aku tidak masuk kriteria pangeran begitu?"

"Kau lebih pantas menjadi Raja Iblis, Natsu," kata Happy yang memunculkan perempatan siku-siku di dahi Natsu.

"Luce, kenapa aku yang menjadi monsternya? Aku kan yang sering menyelamatkanmu harusnya aku yang menjadi pangeranmu! Ayolah Luce jadikan aku pangeranmu!" rengek Natsu, tanpa sadar mengucapkan kalimat yang terdengar ambigu. Lucy hingga merona mendengarnya.

Bukk!

"I-ittai.. Kenapa kau malah memukul kepalaku, Luce?!" teriak Natsu sembari mengusap tiga benjolan baru di kepala pinknya.

"Happy, kau mau mendengar kelanjutannya?" tanya Lucy, sama sekali tidak mempedulikan Natsu.

"Hoy!"

Fairy Tail: Beauty and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang