Chapter 13

510 61 10
                                    

Erza berlari melesat, Gray mengikuti di belakangnya. Pepohonan sama sekali tidak menghambat mereka untuk berlari dengan lincah. Sayangnya, musuh mereka pun juga begitu.

Sting dan yang lainnya berteriak kesal. Mereka sama sekali tidak menyangka Erza dan Gray memilih kabur seperti itu. Terlebih mereka telah mencuri pusaka berharga milik kerajaannya.

Hutan terbuka menjadi tebing terjal yang semakin menanjak. Pengejaran terus berlanjut hingga mereka sampai di sisi paling miring. Tiba-tiba Gray berbalik, memasang kuda-kuda dan menunggu waktu yang tepat. Kemudian dia merapal mantra, "ICE MAKE: FLOOR!!!"

Sekonyong-konyong tanah tebing berubah menjadi lantai es yang begitu licin. Gray tersenyum puas menatap Sting dan kawan-kawannya menuruni tebing dengan cara meluncur. Gray pun menyusul Erza dan saat bertemu kembali, gadis itu memberinya tos.

Baru saja mereka berniat menambah kecepatan ketika sebuah pedang hampir memenggal kepala Gray. Beruntung salah satu pedang sihir Erza melayang di dekatnya.

Rogue muncul dari bayangan pohon tak jauh dari mereka sedang saudaranya Sting, dialah yang melayangkan pedang itu ke leher Gray.

Beberapa kali mereka bertukar serangan membuat Erza dan Gray terpojok ke ujung tebing. Padahal mereka sudah dekat. Erza hampir saja terpeleset es Gray saat pemuda itu terkena trik Sting. Untung bagi Erza yang memungkinkannya melayang walau tak lama.

"Bagaimana kalau kita hentikan permainan ini?" tanya Sting. Matanya mengilat tajam.

"Bagaimana kalau kau yang hentikan permainan ini?" timpal Gray.

Sting hendak membalasnya, tapi, sebuah ledakan besar di kejauhan menciptakan tekanan besar yang mendorong mereka.

Sting mengumpat sama kasarnya dengan Gray ketika mereka terjungkal ke belakang tebing. Rogue memicingkan mata sedang Erza malah memelototkan miliknya karena ngeri.

"Ap-apa yang pemimpin kalian lakukan, huh?!!" Sting murka menyadari asal ledakan itu.

"Menyelamatkan rumah Lucy, tentu saja," jawab Gray ketus. Dia bangkit segera, seolah hendak meluncurkan tubuhnya bagai roket ke tempat Natsu berada.

"Kami sudah bilang dari awal. Kami bukanlah musuh kalian, setidaknya sekarang. Ada musuh yang lebih berbahaya yang lebih penting untuk dibunuh sekarang. Tapi, dengan bodohnya kalian malah mencegah kami melakukannya." Erza memakukan mata hitamnya dengan tajam pada kedua pangeran itu.

Rogue masih belum percaya. "Jika bukan si Naga merah, lalu siapa itu?"

Erza terdiam. Mulutnya dia rapatkan hingga membentuk segaris tipis. Keheningan melingkupi mereka dan hanya raungan naga di kejauhan yang memecahkannya.

"A-apa itu?!!" Sting bertanya ngeri mendengar suara yang begitu menyeramkan.

"Naga hitam. Naga hitam Acnologia," jawab Erza.

"Musuh Natsu," kata Gray, "dan kita semua."

.

.

.

"Ne, Nii-chan! Cinta itu apa?"

Zeref hampir saja tersedak ludahnya sendiri kala mendengar adiknya yang baru berumur tujuh tahun bertanya hal yang ... yang ... yah, yang Zeref sendiri juga belum mengetahuinya.

Zeref menatap adiknya yang menatapnya balik dengan mata besar dan penuh rasa penasaran. Kenapa dari sekian banyaknya pertanyaan di dunia ini, Natsu malah bertanya tentang cinta?

"Yah, Nii-chan juga belum tahu apa itu cinta jadi Nii-chan belum bisa memberi tahumu ...." Zeref berusaha mencari jalan aman. Ya mana mungkin dia memberitahunya arti cinta walaupun menurut buku Kosa Kata Vermillion Kingdom terbitan tahun 600 yang ditulis oleh gurunya.

"Heee? Nii-chan belum tahu? Tapi kata Gray, orang dewasa seperti Nii-chan pasti tahu karena katanya orang seperti Nii-chan sudah pernah jatuh cinta," rajuk Natsu, kecewa dengan jawaban tak memuaskan dari kakaknya.

Zeref pun mulai salah tingkah dan wajahnya mulai memerah. Yah, kalau soal cinta, mungkin ada satu yang terbayang di benaknya.

.

"Ai, ka? Yah, menurut Nii-chan cinta adalah saat kita peduli pada seseorang hingga kita mampu melakukan apapun demi kebahagiaanya. Sering kali cinta terbentuk di antara keluarga. Seperti Ayah dan ibu yang mencintai anaknya atau kakak yang menyayangi adiknya sepenuh hati. Tapi, terkadang juga cinta tercipta pada orang-orang yang tak terikat darah. Seperti Otou-san dan Oka-san. Dulunya mereka adalah orang asing. Tidak mengenal satu sama lain. Lalu setelah mereka bertemu, getaran-getaran kecil mulai muncul dan tumbuh semakin besar dan akhirnya terciptalah cinta.

Mereka saling peduli, menyayangi dan melindungi satu sama lain. Mereka mampu melakukan hal yang dulunya di luar kemampuan mereka demi kebaikan yang lain. Saling peduli, saling melengkapi, saling mengisi kekosongan.

Suka bersama, duka bersama. Mungkin juga berharap akan mati bersama-sama karena tidak ingin saling berpisah.

Yah, menurut Nii-chan itulah cinta .... Jadi, temukanlah milikmu suatu saat nanti."

.

.

.

.

"Metsuryuu Ougi: Guren Bakuraijin!!!"

Natsu tiba-tiba saja bangkit dengan tangan kanan terselimuti api dan tangan kiri yang mengalirkan listrik. Dia memutar kedua tangannya tersebut hingga api dan listrik itu membentuk pusaran badai api dan listrik yang menyerang Acnologia.

Kombinasi serangannya yang lebih kuat dan tidak siapnya Acnologia, membuat Sang Naga Hitam terpental jauh dan terluka cukup parah.

"Aah .... Rupanya Si Naga kecil berlatih dengan keras," ucap Acnologia, darah hitam menetes dari sudut bibirnya. "Bagaimana kalau kakak sepupumu ini mengujimu lebih jauh?"

Dengan itu, Acnologi bergerak menerjang Natsu. Menyerangnya dengan lebih serius dari sebelumnya. Tendangan berbalut api hitam melayang telak pada tengkuk Natsu, akan tetapi, aliran listrik tiba-tiba saja muncul dan menyengat Sang Naga Hitam. Natsu pun melanjutkan dengan tinju yang juga masih berbalut api dan listrik. Acnologia memilih bertahan dengan kedua tangannya dan asappun mengepul dari bekas tinjuan Natsu.

Acnologia menggeram penuh amarah. Dikeluarkannya lagi cakar belatinya juga api hitam yang menggeliat bagai tentakel. Dia menyerang Natsu dengan membabi buta. Cakarannya yang lebih mirip bilah pisau dan api hitam tentakelnya hamper memojokkan Natsu. Namun, setelah bertukar banyak jurus, pertahanan Natsu belum bisa dia tembus. Malah makin banyak luka bakar dari api dan listrik Natsu. Kemudian ....

"RAIENRYUU NO HOKO!!!"

Natsu menyemburkan api yang bercampur listrik dari mulutnya. Daya ledaknya begitu hebat hingga menciptakan kerusakan di sekitarnya. Namun begitu, Natsu tetap menjaga focus serangannya pada Acnologia. Hingga membuat hal yang terakhir dilihatnya adalah api berwarna merah terang berbalut cahaya keemasan yang begitu indah.





End of Chapter


*source Fanart: https://www.itl.cat/wallview/mmRmTw_anime-leons-7-fairy-tail-zeref-dragneel-natsu/

Fairy Tail: Beauty and The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang