Nenek Peach.
Hanya nama itu yang ada dalam benak Kuro. Ia menghampiri sosok berambut wanita tua berambut putih tersebut dan langsung melingkar di kakinya.
"Hai, kucing lucu." sapa wanita tua tersebut.
Kuro menengadah dan ternyata dia bukan Nenek Peach. Kuro merasa sedih, sepertinya ia terlalu merindukan nenek sehingga mengira semua sosok yang ditemuinya menyerupai beliau.
"Sedang apa kau di sini?" Nenek itu mengangkat tubuh Kuro.
Kucing Anggora hitan tersebut hanya membalas dengan ngeongan nan manja.
"Sepertinya kau tidak punya pemilik, bagaimana jika kau ikut aku. Aku juga sendirian di rumah." Tanpa berontak, Kuro membiarkan Nenek ini menggendongnya masuk ke dalam kereta kencana. Ia meringkuk nyaman dipangkuan Wanita Tua tersebut.
Satu kata yang terlintas di benak Kuro ketika memasuki rumah sang Nenek.
Megah!
Rumah dengan atap berhiaskan lampu crystal mewah, pilar-pilar menjulang nan kokoh, lantai mengkilap serta barang-barang mewah terpajang di sana.
Satu pertanyaan Kuro, kenapa di rumah yang bak istana ini, si Nenek justru tinggal sendirian?
***
Kuro tengah asik memainkan bola benang. Sudah lama ia tidak memainkan benda ini. Terakhir kali adalah sebelum Nenek Peach menghilang.
Apa semua nenek di dunia ini senang menyulam? Pertanyaan itu terlintas begitu saja. Namun, Kuro tidak terlalu memperdulikannya. Kucing anggora hitam itu melanjutkan kesibukannya.
Sejak pagi Nenek yang Kuro tidak tahu namanya itu sudah pergi. Dari pakaian yang dikenakannya, Kuro mengira beliau akan pergi ke pemakaman. Tapi Kuro tidak berani ikut, beberapa orang percaya jika ada seekor kucing hitam memasuki ruangan orang mati, pertanda akan kesialan.
Entah dari mana mitos itu berasal, yang jelas Kuro tidak ingin dianggap pembawa sial hanya karena warna bulunya yang hitam.
Kuro mengikuti guliran bola benang yang menggelinding, kemudian bola itu terhenti ketika menyentuh kaki berbulu jingga.
"Mochi." pekik Kuro girang. Ia menerjang saudaranya tersebut, hingga mereka berguling-guling. Kuro yang gemas mengigit pelan leher Mochi.
"Kemana saja kau kucing manja?" Kuro terduduk.
"Coba lihat! Apa kau tidak punya teman makan? Atau harus mencari tikus untuk mengisi perutmu? Pipimu kurus sekali?"
"Sungguh? Eh, kau benar. Perut mungilku ini memang tidak pernah makan tepat waktu semenjak kita berpisah," ujar Mochi melas.
Kuro terkekeh, "sudahlah, ayo masuk. Di sini ada nenek baik hati yang punya banyak makanan. Aku yakin kau akan menyaingi berat badan Madoka bila tinggal di sini."
***
Kuro memutar bola matanya, ia benar-benar jengkel pada anak gadis yang dibawa oleh Nenek. Gadis itu Karen dan dia senang sekali membantah Nenek. Seperti saat ia diminta untuk membeli sepatu berwarna hitam, tapi gadis itu justru memanfaatkan kelemahan Nenek yang buta warna dengan menipunya. Mengatakan sepatu itu berwarna hitam padahal yang ia beli adalah warna merah.
Beruntungnya Nenek lekas mengetahuinya kemudian melarang Karen mengenakannya lagi. Namun, sekali pembangkang tetap pembangkang.
Contohnya saja malam ini, Kuro yang sudah bersiap tidur di bantal yang sudah tersedia melihat Karen mengendap-ngendap seraya menenteng keranjang yang entah apa isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Kuro [TELAH TERBIT]✔️
FantasyKuro adalah salah satu kucing ajaib milik Mrs Peach. Ia bersama sebelas kucing lainnya harus berpencar mencari pemilik mereka yang hilang. _______________________________________ Berikut ini adalah project Fantasi bersama teman-teman penulis. Untuk...