"Auuuwww pwiwikuuuuhh." Kuro memeganggi tangan Madoka yang menarik kedua pipinya dengan brutal.
"Kan sudah kubilang, jangan usil pada kakakmu ini atau kau akan durhaka."
"Iya iya akuuhhh danji tidwak akan——" Belum selesai ucapan Kuro, pintu besar di belakang mereka terbuka.
Sontak saja kedua bocah perempuan itu langsung bersembunyi di balik patung yang terpajang di sana. Rumah raksana ini benar-benar seperti istana. Dengan langit-langit yang bergambar indah, aula yang luas kemudian ada tangga dari dua arah yang menuju ke atas.
Kuro mendengar sang Raksasa berjanggut hitam bergumam mendendangkan syair dan lagu. Sesosok wanita berambut pirang kriting muncul dari ruangan yang ada sebelah kanan, menyambut suaminya dengan pelukan lalu——gelap!
Mata Kuro ditutup oleh kedua tangan Madoka. "Kau belum cukup umur," bisik Madoka.
Memangnya Madoka sudah cukup umur? Batin Kuro.
Kedua makhluk bertubuh super besar itu masuk ke ruangan tersebut. Kuro dan Madoka berlarian, ikut masuk ke sana. Napas mereka seperti diujung kerongkongan ketika keduanya sampai ke dapur.
Aroma sup serta daging panggang menyambut indra penciuman Kuro. Telinganya bahkan bisa mendengar bunyi perut yang protes minta diisi. Entah itu berasal dari perutnya atau Madoka. Yang pasti saat Kuro menoleh ke arah sang Kakak, wajah Madoka benar-benar terlihat seperti orang yang kelaparan karena tidak diberi makan lima tahun.
Lihat, air liurnya menetes!
"Bagaimana sekarang?" tanya Kuro, tapi tidak cukup mengalihkan tatapan Madoka pada makanan yang disantap sepasang suami istri raksasa itu.
"Kita di sini saja dulu."
"Kenapa?"
"Untuk makan."
"Makan?" Alis Kuro berkerut.
"Eh, maksudku untuk mengamati sekitar." Madoka mengusap air liurnya yang hampir menetes dan memandang Kuro.
"Jika memang Raksasa itu yang mengurung Nenek. Kita harus mengikutinya. Karna dia pasti akan menuju ruangan dimana Nenek berada."
Benar juga. Masuk akal, sih! Kuro akui kakaknya ini memang cerdas, meskipun hobi makan. Pantaslah Nenek selalu mempercayakan urusan penting padanya.
Namun, dua jam kemudian Kuro harus meralat pengakuannya. Karena ketika dua raksasa itu beranjak dari ruang makan. Madoka malah mengajaknya mengganjal perut mereka terlebih dahulu. Ya meskipun Kuro juga tidak menolak.
Mereka juga butuh tenaga kan?
Kedua bocah itu sedang makan di atas meja. Menghabiskan sisa hidangan yang ada. Mereka memanjat meja kayu tersebut.
"Hmm... nyam nyam nyam... ini enak sekali." Wajah Madoka tampak bahagia.
Beberapa saat kemudian Kuro serta Madoka tengah duduk kekenyangan. Bahkan Madoka bersendawa keras. Mereka pun kembali turun dari meja.
"Kyaaahh....!!" Kuro yang baru saja menapaki kakinya ke lantai, tiba-tiba menjerit.
"Hei jangan berteriak di depan telingaku!" seru Madoka sambil menutup indra pendengannya.
"Itu ... itu...." Tunjuk Kuro ke arah belakang Madoka.
Seekor makhluk pengerat berukuran berkali-kali lipat besarnya dari yang biasa mereka lihat di bumi sedang memperhatikan mereka.
"Tikuuuuusssss!!" sentak keduanya bersamaan. Mereka lari dan hebatnya lagi hewan berbulu hitam itu juga turut mengejar.
"Kenapa ada tikus sebesar itu?" tanya Kuro di tengah larinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Kuro [TELAH TERBIT]✔️
FantasyKuro adalah salah satu kucing ajaib milik Mrs Peach. Ia bersama sebelas kucing lainnya harus berpencar mencari pemilik mereka yang hilang. _______________________________________ Berikut ini adalah project Fantasi bersama teman-teman penulis. Untuk...