Lagi-lagi Kuro menginap di rumah Miguel. Namun kali ini dalam sosok bocah perempuan. Sejak kembali dari pasar, Kuro terus merenung memikirkan ucapan penjual obat itu.
Telur emas? Di mana ia bisa menemukan telur emas?
Tinggal di tempat yang tinggi? Apakah di sebuah gunung? Tapi gunung yang mana? Atau menara?
Aaakkkhh... rasanya Kuro ingin menjambak rambutnya karena pusing menebak-nebak maksud daripada petunjuk tersebut.
"Kuro...," panggil Miguel membuyarkan lamunan Kuro.
"Ya?" Kuro menoleh. Ia melihat bocah laki-laki berambut coklat itu menghampirinya dan ikut duduk di kursi teras.
"Ini." Miguel menyodorkan sepiring roti gandum yang sudah diolesi mentega.
Aroma lezat nan gurih menari di depan hidungnya. "Ibu membuatkan ini untukmu. Katanya kau belum sarapan," tuturnya masih malu-malu.
"Terima kasih." Anak berkuncir dua itu langsung melahap sajian tersebut, mengunyah dengan nikmat, tapi matanya masih menatap lurus ke depan. Seolah tidak memperdulikan Miguel yang tampak salah tingkah di sampingnya.
Sebenarnya Kuro sendiri tidak mengerti ada apa dengan bocah itu. Miguel tidak seperti Miguel yang bermain bersamanya.
Namun Kuro tidak terlalu memusingkan hal tersebut, selama Miguel aman maka dia hanya akan tetap fokus pada petunjuk yang masih menjadi misteri tentang menghilangnya Nenek.
"Kuro...," panggil Miguel lagi.
"Ya?" Miguel kembali menunduk saat Kuro menatapnya. Ada apa dengan anak ini?
"Kau berasal dari mana? Aku rasa kau bukan tidak tinggal di desa ini."
"Memang bukan, aku tinggal di desa sebrang."
"Ooo...." Miguel mengangguk paham. "Lalu kenapa kau bisa ada di sini?"
"Aku sedang mencari Nenekku."
"Kau punya Nenek?"
Kuro mengangguk, mengakibatkan rambut panjangnya bergerak. Ia sudah menghabiskan makanannya.
"Apa Nenekmu baik?"
"Kenapa?"
"Kata teman-temanku, Nenek itu ada baik dan jahat. Ada Nenek-nenek yang menculik anak-anak nakal, tapi ada juga Nenek yang sayang pada anak-anak."
"Nenekku baik. Dia selalu memberikanku makanan yang enak, tempat tinggal yang nyaman, kasur yang empuk, juga pakaian bagus." Suara Kuro mulai serak. Ia teringat dengan segala kebaikan Nenek peach, kebersamaan mereka serta kerinduannya.
"Kemana Nenekmu pergi?"
"Aku tidak tahu. Beliau sudah sepekan lebih menghilang." Wajah Kuro diselimuti mendung. Dia merasa sesak. Betapa ingin ia melihat Nenek Peach lagi, kemudian memeluknya.
"Seperti teman-temanku. Mereka juga menghilang."
Kuro tidak berbohong saat melihat Miguel mulai bersedih. Padahal sepengetahuannya selama tinggal dua hari dua malam di sini. Tidak ada anak-anak sebayanya yang benar-benar menganggap Miguel teman.
"Apa kau merindukan Nenekmu?"
Itu bukan pertanyaan sulit, karena sudah pasti Kuro merindukan Nenek Peach, sangat.
"Aku merindukannya. Maka dari itu aku dan saudara-saudaraku pergi mencari Nenek."
"Saudara-saudaramu, kau juga punya saudara?"
"Iya, aku pnya banyak saudara. Mungkin ada...." Mata Kuro bergulir ke atas, jarinya mulai melipat sesuai itungan. "Sekitar dua belas saudara."
"Dua belas? Banyak sekali. Pasti menyenangkan punya banyak saudara yang bisa diajak bermain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Kuro [TELAH TERBIT]✔️
FantasyKuro adalah salah satu kucing ajaib milik Mrs Peach. Ia bersama sebelas kucing lainnya harus berpencar mencari pemilik mereka yang hilang. _______________________________________ Berikut ini adalah project Fantasi bersama teman-teman penulis. Untuk...