⊱⋅ ──────────── ⋅⊰⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
allena melangkahkan kakinya menjauhi sekolah. tanpa disadari, felix mengikutinya dari belakang.
beberapa kali juga, allena menoleh ke belakang, karena mendengar derap langkah seseorang. namun, setelah menoleh, allena tidak menemukan siapapun si belakangnya.
menghembuskan napas, kembali berjalan dengan mengeratkan genggamannya pada tali tas.
tap tap!
allena tersenyum skeptis. kemudian menoleh secara sembarang. pupil matanya kini membesar, pasalnya wajah allena membentur dada bidang seseorang yang berada di depannya.felix yang tertangkap basah mengikuti allena, baru saja ingin memutar badannya ke jalur lain.
namun, setelah melihat allena mendongak dan tersenyum ke arahnya. mendadak lelaki blasteran itu terdiam kaku.
“ayo, kencan!” ajak allena, mengalungkan lengannya pada lengan felix.
baru saja felix ingin protes, tapi allena telah menariknya terlebih dahulu.
sampai di tempat tujuan, allena mencari tempat duduk yang kosong. matanya menelisik ke sana kemari, tanpa melepas genggamannya di lengan felix.
setelah melihat bangku kosong yang agak jauh dari jangkuannya, allena cukup puas dan tersenyum. lagi-lagi, kembali menarik felix.
“kita duduk disini aja, sayang.”
kalah telak, ternyata bangku saja dapat ditikung. allena berdiri sambil menatap nanar kedua pasangan yang telah mencuri bangku yang hampir di dudukinya.
sampai akhirnya, felix menarik allena menuju tempat pemesanan. “satu iced coffee.” pesannya, “lo apa?”
allena melirik felix yang sama sekali tidak melihat ke arahnya. “sama. satu iced coffee.”
“ini pesanannya, total 56 ribu.”
felix menyerahkan beberapa lembar uang. allena menyesap iced coffeenya. sedikit mendongak, lalu bertanya, “kita duduk dimana?”
tanpa menjawab, felix keluar cafè yang sudah penuh. lalu duduk ditempat biasa allena menunggu felix ketika membeli iced coffee.
allena diam-diam terkekeh malu. dikiranya, felix akan pulang, ternyata pemikirannya salah.
“eum... besok kelas aku tampil di aula. kamu bakal liat, kan?” tanya allena, menyesap kembali minumannya.
felix yang duduk agak berjauhan dengan allena sibuk mengutak-atik ponselnya. tanpa sadar, tingkahnya itu mengabaikan allena.
“lix?”
lagi, felix tidak menjawab.
“gini ya namanya kencan?” allena mengembungkan pipinya. “felix, aku nanya kamu.”masih sama, dengan felix yang tidak membuka suara dan allena yang cukup jengah bertanya lagi pada felix.
“ayo pulang!” ajak felix, berdiri dari duduknya lalu berjalan meninggalkan allena yang masih duduk di depan cafè.
“hati kamu... terbuat dari batu, ya?” oceh allena, dengan mata berkaca dan hidung yang kini mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕔𝕚𝕣𝕔𝕝𝕖.
Short Story⚘.☾ ft. lee felix ☽ ❝cintɑ ɑku ke kɑmu itu ibɑrɑt lingkɑrɑn, gɑk punyɑ titik ɑkhir dɑn nggɑk akan pernah berujung.❞ ©colachil, 2018.