Part 10 : Happy Ending

724 14 5
                                    

  Saat jalan turun kebawah aku teringat perkataan kak Andrew yang sempat terputus karena aku mengangkat telponku.

"Oh iya tadi kakak mau ngomong apa?" tanyaku.

"Oh itu... Nggak kok bukan apa-apa..."

"Yakin?"

Kak Andrew mengangguk. "Yakin kok."

Malam itu, akupun ke rumah diantarkan oleh kak Andrew. Dalam perjalanan, kami hening. Kak Andrew sama sekali tidak mengajakku untuk mengobrol. Begitu sampai di depan gang rumahku pun ia hanya menyuruh aku segera berjalan menuju rumah. Aku tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba seperti itu.

Keesokan paginya, masih dengan kak Andrew tiba-tiba mengirimkan screenshoot sebuah festival padaku. Ada artis terkenal juga yang datang. Aku pun membalasnya.

'Kenapa nih?'

'Yuk ke festival itu bareng aku.'

'Loh gak salah? Kok malah ngajakin aku?' Balasku.

'Ya ngga sih, sekalian ada yang mau aku omongin juga sama kamu.'

'Kakak jangan macem-macem deh, aku gak mau cari masalah sama pacar kakak ya.'

'Justru ini ada hubungannya sama itu. Kamu datang aja biar kamu ngerti, oke?'

'Yaudah. Tapi aku juga mau ajak teman-temanku ya?'

'Ajak aja lagi. Orang aku udah ngajak mereka duluan.'

'Ih kok gak adil gitu...'

'Biarin yang penting aku udah beliin tiketnya buat kamu juga. Jadi nanti siang aku jemput.'

'Yaudah deh.'

Aku pun menaruh hpku diatas meja dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri serta siap-siap dengan apa yang akan terjadi hari ini. Feelingku sih udah gak enak.

Festival dimulai jam 11.00 dan kak Andrew juga sudah menghubungiku untuk segera menuju ke depan gang rumahku karena ia sudah menunggu disana.

"Hei." Ujarnya sambil tersenyum.

"Lagi seneng ya?" Ujarku sambil mengenakan helmku.

"Iya dong. Udah naik cepetan, keburu macet."

"Iya. Iya." Aku menaiki motor kak Andrew lalu kami pun pergi ke Festival tersebut.

Sesampainya disana, Kak Andrew memarkirkan motornya. Suasana di lapangan tempat festival sudah ramai padahal masih siang. Aku melihat Alisha dan Priscill berdiri didepan pintu masuk.

"Guyssss!" Seruku. Aku berlari memeluk mereka.

"Hey! Panas banget nih. Yuk masuk langsung."

Aku mengangguk kegirangan lalu menarik tangan mereka berdua masuk.

"Eh eh eh tungguin aku!" Kak Andrew berlari menghampiri kami.

"Astaga aku lupa ada Kak Andrew. Hehe."

"Kamu tuh ya. Kan aku yang bawa tiketnya. Kamu ga bawa aku ya kamu ga bisa masuk."

"Iya juga sih... Maaf kak."

Alisha dan Priscill tertawa melihat kami berdua.

Setelah masuk ke dalam, suasana sangat ramai. Penuh dengan tenda-tenda dengan para anak muda yang berjualan usaha baju mereka. Aku tersenyum menikmati keramaian festival hari itu. Kami semakin masuk ke dalam dan mendekati panggung. Kenapa kami ingin sekali pergi ke festival ini? Karena banyak musisi Indonesia yang diundang dan kami tidak sabar untuk melihatnya.

Aku memperhatikan sekeliling sedari tadi yang membuat Kak Andrew heran.

"Kamu ngapain sih?"

"Kak Veronica mana?"

"Kenapa kamu nannyain dia?"

"Ya kan kakak harusnya bareng kak Veronica........"

"Oke jadi ada yang mau aku jelasin ke kamu soal itu." Kak Andrew memberi kode pada Alisha dan Priscill.

"Apaan sih? Kalian lagi kerja sama soal apa?"

"Um.... Kita beli minuman dulu ya, kamu bareng kak Andrew aja dulu."

"Loh...loh...kok? Apaan sih kalian?"

"Daaahhh!" Alisha dan Priscill berjalan menjauhi aku dan kak Andrew.

Aku mengerutkan kening sambil menatap mata kak Andrew.

"Apaan sih kak? Kenapa tiba-tiba temanku pergi gitu lagi kayak udah direncanain."

Kak Andrew menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sebenarnya.........."

"Sebenarnya?"

"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu dulu. Sebenarnya waktu kamu nonton, aku, Ashilla, Priscill dan Veronica udah ngerencanain itu semua."

"Udah ngerencanain? Maksudnya?"

"Iya... Itu semua sudah direncanakan. Dari awal beli tiket, kursi yang sebelahan, semuanya pada hari itu. Sayangnya beberapa gak sesuai rencana juga karena kamu langsung pulang."

"Oke. Pantas aja waktu itu aku ngerasa semua gak kayak kebetulan. Lalu sama kak Veronica maksudnya apa?"

"Aku... Bohong soal pacaran sama Veronica. Aku Cuma pengen tahu reaksi kamu waktu aku bareng sama Veronica."

"Wow... Wow... Apa?"

"I...Iya dan reaksi kamu bikin aku yakin kalau kamu kesal waktu aku sama Veronica. Ya kan?"

Aku menghela nafas. "Kalau iya terus kenapa?"

Kak Andrew tersenyum lalu meraih tanganku.

"Aku pengen kamu yang nemenin aku, yang nyemangatin aku waktu aku bikin skripsi, yang selalu ngedukung aku. Pokoknya aku mau semuanya sama kamu."

Mendengar perkataan Kak Andrew, jantungku berdegup cepat. Ingin sekali aku berteriak dengan keras namun tetap saja semua rencananya terlalu jelas.

"Hmmm... Jadi maksudnya apa nih?"

"Ya... aku... mau... kamu jadi pacar aku?"

"Setelah semua drama ini? Hmm...."

"Jadi?......."

Aku mengedikkan bahu. "Ya..."

"Ya apa?"

"Ya... iya."

"Iya? Iya????"

"Iyaa.. Apaan ih kakak."

"YESSSSS!" Kak Andrew berteriak sangat kencang dan semua orang menatap ke arahnya.

"Astaga. Kak!" Aku menutup wajahku.

"Makasih ya." Kak Andrew lalu memelukku erat.

"Tapi, kak Veronica jadi gimana?"

Kak Andrew tersenyum. "Dia tuh sahabat aku. Teman satu jurusanku. Jadi ga usah dipikirin. Dia aja bilang kamu lucu pas cemburu."

"Ih apaan aku ga pernah cemburu juga."

"Terus tadi apaan katanya kesel?"

"Ya... Aku kesel soalnya kakak dibuat-buat pacarannya."

"Ah ngeles aja kamu."

"Cieeee jadi udah jadian nih?" Seru Alisha & Priscill.

"Eh kalian awas ya. Kalian juga bantuin kak Andrew kan?"

"Ups... Sorry! Tapi yang penting happy ending kan?"

Kami pun tertawa bersama-sama.

----------------------------------------------END----------------------------------    

Punya Pacar Anak TeknikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang