03. Pengagum rahasia

4.8K 395 31
                                    

Setangkai bunga mawar, cokelat dan selembar kartu ucapan yang selalu ada di atas meja kerja hampir setiap harinya. Jeon Jungkook punya penggemar rahasia!

[AU!TaeKook]

-----------------

Jungkook menghela napas ketika tiba di kantor pagi itu dan lagi-lagi mendapati setangkai bunga mawar merah segar, juga sekotak cokelat dan selembar kartu ucapan yang tergeletak manis di atas meja kerjanya.

Tanpa nama. Tanpa tanda pengirim.

Awalnya, Jungkook acuh saja. Ia pikir itu hanyalah ulah orang iseng. Tapi sudah sebulan ini kiriman itu terus datang hampir tiap hari, Jungkook mulai berpikir dan penasaran.

Siapa sih orang kurang kerjaan dan kelebihan uang yang hobi mengirimi Jungkook bunga dan cokelat mahal?

"Pagi, Kook. Dari penggemar rahasiamu lagi?"

Sapaan dari rekan kerjanya menyentak Jungkook dari lamunan. Park Jimin. Bekerja satu divisi dengannya.

Jungkook mengangguk. Duduk di kursi kerjanya, sementara Jimin mendaratkan bokong di meja.

"Kali ini apa isinya?" Jimin menyelingak guna melihat tulisan dari kartu yang Jungkook pegang.

"Dear Jungkookie," Pemuda Jeon membaca kata demi kata yang tertulis, "if i could reach and hold a star for every time you've made me smile, the entire evening sky would be in the palm of my hands."

Jimin manggut-manggut dengan wajah terkesima, "Waaahh... kau tau artinya?"

Jungkook memutar mata dan melempar Jimin dengan gumpalan kertas, di sambut tawa renyah pemuda Park. Sedetik kemudian Jungkook menghela.

"Sudah hampir sebulan, Hyung." Adu Jungkook, menumpu pipi dengan sebelah lengan. "Kau sungguhan tidak tau siapa orangnya?"

Yang di tanya menggeleng kemudian, "Nope. Kau kan tau aku selalu datang setelah kau."

Melihat Jungkook yang berwajah lesu setelah mendengar jawabannya, Jimin lalu bangkit dan memutari meja. Bersandar tepat di hadapan Jungkook. "Kau sungguhan penasaran ya?"

Jungkook mengangguk, mengiyakan. "Aku hanya ingin tau siapa orang kurang kerjaan yang hobi mengirimiku ini terus-terusan. Apa dia stalker? Psikopat? Atau Pembunuh bayaran?"

"Eeii, jangan begitu." Jimin berucap sambil mengusak surai Jungkook gemas, "siapa tau orang itu sungguhan menyukaimu."

Jungkook mendengus mendengarnya, "Jika suka kenapa tidak katakan langsung saja? Ketimbang mengirimi barang tanpa nama begini, sok misterius sekali." Cibirnya.

Kekehan Jimin mengudara setelahnya. Sedikit merunduk, pemuda Park kemudian berbisik pelan, "Jika kau sungguhan penasaran, kenapa tidak kau tanyakan saja pada Kim Sajangnim? Beliau kan selalu datang pagi-pagi sekali sebelum kita."

Usulan itu membuat Jungkook seketika menoleh ke arah Jimin dengan kedua mata membola, "Kau gila ya? Bagaimana bisa kau menyuruhku menanyakan hal ini pada manusia yang kadar sikap dinginnya melebihi kutub selatan?"

"Siapa yang kau sebut manusia kutub selatan, Jeon-ssi?"


Keduanya tersentak dan menoleh. Lalu buru-buru berdiri dan membungkuk sekilas ketika mendapati orang yang sedang dibicarakan tadi berdiri tak jauh di belakang mereka.

"Kim Sajangnim, selamat pagi." Ucap Jungkook dan Jimin bersamaan.

Kim Sajangnim hanya bergumam pelan. Dengan ekspresi stoic nya, ia memandang Jimin dan Jungkook bergantian, sebelum kemudian manik hazelnya menatap Jungkook sambil berujar.

"Kemarin aku sudah memintamu untuk merevisi dokumen yang akan kita bahas dalam rapat hari ini. Apakah kau sudah menyelesaikannya, Jeon-ssi?"

Merasa terpanggil, Jungkook segera mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk, namun sedetik kemudian Jungkook menyesali perbuatannya karena ketika mendongak, manik hitamnya tepat bersirobok dengan kilat hazel sang atasan.


"S-sudah selesai, Sajangnim. Hanya tinggal saya print dan semua beres." Jawab Jungkook gugup.

Kim Sajangnim mengangguk, "Lalu kenapa tidak kau lakukan itu sekarang saja, Jeon-ssi? Bukankah lebih cepat lebih baik?"

Jungkook kembali tergagap, "Uh, baik Sajangnim. Permisi." Lalu buru-buru mengambil flashdisknya dan melangkah keluar ruangan tanpa menoleh lagi.






Sehingga ia tak menyadari sepasang hazel yang terus memperhatikannya sampai ia menghilang di balik pintu.








"Punggung Jungkook bisa berlubang jika kau memandanginya begitu terus." Ucapan dengan selipan nada jahil terdengar. Park Jimin lah pelakunya.

Kim Sajangnim mendengus sambil memejam mata sejenak. Meraih sebuah map di meja, menggulungnya lalu mengayunkannya ke kepala pemuda Park.

"Sopan sedikit. Kita memang sahabat tapi di kantor, Aku ini atasanmu, tau!"

Jimin meringis memegangi kepala, namun cengiran usil tak juga luput dari bibir tebalnya.

"Berlagak angkuh di depan Jungkook, tapi diam-diam selalu mengirimkannya bunga, cokelat dan kata-kata puitis setiap paginya. Kau ini jabatan saja yang Bos besar tapi nyalimu kecil. Kenapa tidak katakan saja terus terang kalau kau mencintainya Taehyung-ah?" Oceh Jimin, tak gentar sama sekali.

Taehyung lagi-lagi mendengus, "Bagaimana aku bisa mengatakannya, Jim?" Sorot hazelnya melunak, senyuman pedih tergurat saat ini berujar lirih-




"Karena bahkan Jungkook sendiri tidak ingat bahwa aku ini adalah tunangannya."







---------------




A/N:

Met malmingan, mblo....

TaeKook's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang