Part 2. The Black Sheep of Family

6.2K 418 7
                                    

*****

Hinata terus melihat sosok Naruto yang berlari menjauhi rumahnya sambil menyentuh bibirnya. Bibir yang tadi bersentuhan dengan bibir anak lelaki pirang yang sosoknya terlihat makin menjauh.

" Apakah kalau berciuman itu memang rasanya manis seperti gula merah? " tanya Hinata polos.

Setelah Naruto tidak terlihat lagi, Hinata masuk kembali ke rumahnya. Dia menggenggam kalung berliontin kristal biru pemberian Naruto dengan erat di tangannya. Hinata begitu gembira karena akan menikah dengan anak lelaki pirang yang baru saja di temuinya itu. Meskipun mereka hanya bertemu sebentar, Hinata sudah terlanjur menyukai anak lelaki pirang itu. Tanpa sadar, Hinata terus tersenyum bahagia hingga dirinya masuk kembali ke kamarnya.

" Nona Hinata! Kau dari mana saja? Ya Tuhan! Kenapa bajumu basah? " tanya pelayannya yang ternyata sudah berada di dalam kamarnya terlebih dulu.

" Hinata baru saja bertemu calon suami Hinata. " jawab Hinata dengan wajah bahagia.

" Apa?! Nona terkena demam ya? Kenapa bicara Nona melantur begitu? " ucap pelayan itu panik sambil menyentuh kening Hinata.

" Tapi sepertinya tidak panas? " ucap pelayan itu heran tapi kemudian mengabaikannya.

" Makanya Nona Hinata jangan keluar saat cuaca hujan seperti ini. " ucap pelayan itu sambil melepaskan baju Hinata yang basah dan menggantinya dengan yang kering.

" Tapi Hinata tidak demam, Bibi. Hinata benar – benar menemui orang yang akan jadi suami Hinata. Ini adalah kalung pertunangan kami. " kata Hinata sambil menunjukkan kalung yang diberikan Naruto pada pelayannya.

Pelayan itu terbelalak kaget. Dia menatap kalung berliontin kristal berwarna biru yang ada di tangan Hinata. Perlahan pelayan itu menyentuh liontin kalung itu lalu menatap Hinata.

" Ternyata Nona Hinata tidak berbohong. Lalu siapa nama calon suami Nona Hinata itu? " tanya pelayan itu penasaran.

" Namanya? Namanya.. " Hinata jadi bingung karena dia tidak tahu nama bocah pirang yang baru saja ditemuinya dan berkata akan menikahinya.

" Hinata.. Hinata tidak tahu, Bibi.. Dia tidak bilang siapa namanya.. Tapi dia sangat tampan dan mempunyai mata biru. Dan rambutnya pirang. " ucap Hinata.

Pelayan itu menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya.

" Kalau Nona Hinata tidak tahu namanya, bagaimana mungkin Nona akan menikah dengannya? Lalu apakah Nona Hinata menyebutkan nama Nona pada calon suami Nona itu? " tanya pelayan itu.

" Tidak, Bibi. Hinata lupa. " jawab Hinata sedih.

Pelayan itu juga ikut sedih melihat wajah sedih Nona kecilnya itu. Dia segera memeluk Nona kecilnya itu dengan erat.

" Nona Hinata sangat menyukainya ya? Maksud saya calon suami Nona itu? " tanya pelayan itu.

" Iya Bibi. Dia sangat baik dan sangat tampan. " jawab Hinata.

" Jangan bersedih, Nona Hinata. Kita akan berdoa semoga Tuhan mempertemukan kembali Nona Hinata dengan calon suami Nona itu. Ya? " hibur pelayan itu.

Lalu Hinata dan pelayan  setianya itu berdoa dengan khusyuk. Hinata memohon agar dia bisa bertemu lagi dan menikah dengan anak lelaki pirang yang baru saja melamarnya. Sementara pelayannya berdoa agar Tuhan mengabulkan semua keinginan Nona kecilnya yang sangat dia sayangi itu.

" Oya, Nona Hinata. Kenapa kau tidak menggambar wajah calon suamimu itu. Walau kau tidak tahu namanya, tapi dengan mempunyai gambarnya, Nona akan selalu mengingat wajah calon suami Nona Hinata. " usul pelayan itu.

Brown Sugar KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang