°°°°°
Naruto berjalan tergesa memasuki galeri besar yang berada di tengah kota Konoha. Naruto terus berjalan di antara para penggemar seni yang hadir dalam pembukaan galeri lukisan Hinata yang dibuka beberapa puluh menit yang lalu. Naruto merasa bersalah karena tidak bisa hadir tepat waktu pada hari pembukaan galeri lukisan Hinata. Salahkan penerbangannya dari Kumo yang harus ditunda karena cuaca yang tidak bersahabat. Dan juga kondisi lalu lintas Kota Konoha yang makin semrawut saja tiap harinya hingga Naruto terlambat sampai di galeri istrinya itu.
" Terlambat pada hari spesial istri sendiri. Suami macam apa kau, Naruto! " maki Naruto pada dirinya sendiri.
Naruto mengedarkan pandangannya menyisir kerumunan manusia pecinta seni dan juga penggemar lukisan - lukisan karya Hinata yang memenuhi ruang pameran yang berisikan lukisan karya terbaru Hinata. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya dia bisa menemukan sosok anggun Hinata yang memakai gaun ungu panjang yang membuat istrinya itu terlihat begitu mempesona. Naruto cepat - cepat menghampiri Hinata.
Naruto merasa sangat bersalah saat melihat Hinata menatapnya dengan wajah cemberut. Naruto segera merengkuh istrinya itu ke dalam dekapannya.
" Maafkan aku, Sayang. Penerbanganku ditunda dan jalanan macet parah. Maaf ya. " ucap Naruto.
" Padahal aku berharap kau yang memberi sambutan saat pembukaan galeriku. " ucap Hinata yang membuat Naruto makin merasa bersalah.
" Maaf.. " ucap Naruto sedih.
" Tidak apa - apa. Sudah ada Himawari dan Boruto yang menemaniku. Mereka cukup bisa diandalkan untuk datang tepat waktu dibanding ayah mereka. " sindir Hinata.
" Maaf.. Maafkan aku, Hinata. " Naruto lalu mencium kening Hinata kemudian kembali mendekap istrinya itu sebagai permintaan maaf.
" Oya. Dimana mereka? Maksudku Himawari dan Boruto? " tanya Naruto sambil mengedarkan pandangannya, mencari - cari dua sosok kecil anak - anaknya.
" Mereka sudah pulang bersama, Kak Neji. Mereka langsung terpikat saat Kak Neji bilang akan mengajari mereka karate. " terang Hinata.
" Jadi mereka sedang belajar jadi pendekar sekarang? Baguslah. Jadi mereka bisa menjadi pengawalmu saat aku tidak ada. " ucap Naruto.
" Oh. Jadi mulai sekarang kau mau pergi terus - terusan meninggalkanku? Begitu? " tanya Hinata sambil pura - pura marah.
" Sebenarnya aku ingin Boruto cepat besar lalu mengambil alih perusahaan. Dengan begitu aku bisa terus di rumah menemanimu dan kita bisa terus berduaan. " ucap Naruto penuh harap. Hinata menghela nafas mendengar ucapan Naruto itu.
" Itu masih lama sekali, Naruto. Boruto kan baru 10 tahun. Kau ini benar - benar tidak sabar. " ucap Hinata sambil menggelengkan kepalanya.
" Tapi aku benar - benar tidak suka pergi jauh - jauh darimu, Hinata. " ucap Naruto manja sambil memeluk Hinata.
" Mesra sekali kalian. Kalian tidak malu semua memperhatikan tingkah kalian berdua dari tadi? Cepatlah kalian pulang dan masuk kamar kalau sudah ingin bermesraan, Namikaze. "
Suara seorang sahabat yang sudah lama tidak didengar oleh Naruto membuatnya menoleh. Naruto sangat kaget mendapati sosok lelaki tampan berambut hitam yang mengenakan seragam kepolisian berdiri sambil menatapnya tajam. Uchiha Sasuke, sahabatnya saat kuliah yang kini terlihat gagah dalam seragam kepolisiannya.
" Teme!! Jadi kau benar - benar jadi polisi ya? Awalnya aku pikir itu hanya rumor saja. " ucap Naruto sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
" Aku hanya bosan karena sering tertangkap oleh anak buak ayahku saat balapan. Aku jadi ingin merasakan menjadi orang yang menangkap para pelanggar peraturan. Yah.. Beginilah jadinya. " jawab Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brown Sugar Kiss
FanfikceNaruto, NARUHINA, Mrate, dewasa, hurt, drama, romance, Hinata, anime, family, ooc. Disclaimer © Masashi Kishimoto. Hinata selalu menunggu seorang anak lelaki berambut pirang dan bermata biru yang sudah melamarnya dan berjanji untuk menikahinya. Tapi...