Kau tak dapat mencegah seseorang
datang di kehidupanmu. Kau hanya perlu
membentengi diri agar
tidak jatuh.❤❤❤
Beberapa orang berfikir bahwa SMA adalah masa paling keren, masa untuk bersenang-senang.
Namun, ada juga yang beranggapan SMA adalah masa akhir untuk mencari jati diri.
Vega adalah gadis yang setuju dengan opini kedua.SMA adalah masa dimana ia harus mempersiapkan diri agar bisa masuk PTN yang ia inginkan. Atau ia akan hidup tanpa tujuan.
"Mama akan dukung apapun mimpi kamu. " Itu yang dikatakan Tesa-Mama Vega, saat ia masuk ke kamar putrinya. Tesa diam. Saat itu ia masih berada di kelas 1 SD dan belum tau ingin jadi apa ia kelak.
Vega hanya tersenyum. Di genggamnya tangan yang masih kencang itu. Betapa ia berterima kasih pada Tuhan karena diberi Ibu terbaik. Ibu yang pintar masak, suka membacakan dongeng sebelum tidur, selalu cerewet, dan cantik.
"Kok besaran tangan Mama dari pada tangan Vega? " tanya Vega kecil.
"Tapi sumber kekuatan tangan Mama itu Vega. " Tesa menyentuh pipi putrinya lembut.
"Kalo Vega gak ada, Mama gak kuat, ya? " Betapa polosnya pertanyaan gadis kecil di depannya itu.
"Mama tidak memiliki harta paling berharga lagi."
"Kalo gitu, Vega gak akan pergi dari Mama biar Mama akan kuat terus. " Vega lalu memeluk Tesa meski tangannya tak sampai mendekap semua tubuh Mama nya.
"Tapi kalo Mama yang ninggalin Vega, Vega jangan pernah lemah, ya. " Vega mengernyit bingung. Memang Mamanya mau kemana?
"Mama mau tinggalin Vega? " tanya gadis itu lagi, "Vega kan gak nakal. " Mata gadis itu mulai memerah.
"Mama gak akan kemana-mana, kecuali Allah yang panggil Mama. " kata Tesa menjelaskan.
Vega tersenyum kembali."Vega janji akan jadi anak baik. Akan tidur siang terus, makan banyak dan gak akan nangis kalo jatuh dari sepeda, biar Allah gak ambil Mama dari Vega. " kata Vega dengan semangat. Vega yang belum tau banyak hal tentang kehilangan.
Dito-Ayah Vega, adalah Ayah yang tegas, disiplin, dan selalu menanamkan rasa tanggung jawab pada gadis kecilnya.
Namun, ia tidak pernah main tangan dalam mendidik anaknya.Suatu malam Dito berkata, "Jangan pikirkan hal yang tidak penting. Jangan mau dibodohi oleh cinta. " Terdengar lembut namun penuh penekanan. Itu saat Vega sudah SMA. Sudah tau banyak hal.
Itu bukan pertama kalinya Dito berkata. Kadang sebelum pergi ke kantor atau saat sedang kumpul keluarga, Dito selalu memberi nasehat kecil atau setidaknya ia tau perkembangan putrinya di sekolah, maupun di lingkungan tempat Vega berbaur. Terutama soal teman.
Pernah juga di katakan Dito saat Vega menginjak kelas 1 SMP. Ia tau putrinya akan mengenal lebih jauh lawan jenisnya. Ia harus membuat benteng untuk hal yang memang harus di antisipasi.
Katakan saja apalah artinya suka untuk anak yang menginjak usia 12 tahun. Namun itulah yang harus ia batasi untuk putrinya. Ia sangat menyayangi Vega. Terlebih lagi Vega adalah putri semata wayangnya. Ia tidak mau Vega bersama orang yang salah. Itu menurut pemikirannya.
"deeerrr!" Vega hampir saja terjerembab ke lantai jika saja ia tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya saat sedang melamun-ria di dekat tangga. Di pegang dadanya yang masih terpompa tak beraturan akibat kejut dadakan dari temannya.
"KENZIIIIII!!! "
Mungkin jika Murid SMA Bakti Nusa tidak terbiasa dengan suara cempreng Vega, yakin mereka akan marah atas pencemaran suara tersebut. Yang di teriaki hanya cengengesan hingga memperlihatkan giginya yang rapi dan putih.
YOU ARE READING
Summer Triangel
Teen FictionAku tidak pernah merasa kehilangan yang benar-benar kehilangan. Saat itu tiba, aku tetap harus bertahan karna ada yang harus aku jaga ketenangan hatinya. - Vega Estella jenice