ST | 08

13 2 0
                                    

Di matamu, aku melihat
banyak lelah.

Budayakan Vote sebelum membaca :)

❤❤❤


   Di sebuah sofa ruang tamu seorang gadis tengah duduk seraya memainkan Handphonenya.
Di depannya ia letakkan kue ulang tahun bertuliskan ucapan untuk Mamanya.
Sesekali ia menguap karena matanya sejak tadi sudah mengantuk.
Ia hanya sendiri disini. Tidak ada Dito yang menemaninya.
Papanya bilang ia tidak bisa datang malam ini karena banyak yang ingin ia urus.
Vega sangat kecewa dengan itu, namun seperti biasa, ia tak menunjukkannya.

Saat Vega melihat jam tangannya ternyata sudah menunjukkan pukul 00.01 WIB.
Iapun menuju kamar Tesa.
Vega membukanya pelan takut-takut Tesa terbangun

dan...

tidak ada Tesa di kamar.
Vega langsung panik bukan kepalang. Ia terus berfikir kemana Tesa pergi. Vega keluar dari kamar Tesa dan mencari keberadaan wanita itu.
Gadis itu lalu masuk ke kamarnya untuk mengambil Handphone.
Ia tersentak saat melihat seseorang tidur di kasurnya. Vega mencoba mendekat dan ternyata itu adalah Mamanya sendiri. Padahal kamar Vega ada di lantai 2. Entah sejak kapan Tesa berada disini dengan keadaan tertidur dan, sembab?

Vega berasumsi bahwa mungkin Tesa sedih karena Dito tidak bisa datang hari ini karena sibuk. Ia lalu keluar lagi dan mengambil kue yang ia letak di atas meja ruang tamu.
Kemudian Iapun masuk kembali ke kamarnya.

"Happy birthday to you!"

"Happy birthday to you!" Tesa terbangun di lirik kedua.

"Happy birtday, happy birthday, happy birthday to you!"

"Sayang..." ucap Tesa sambil meneteskan air mata. Entah itu air mata haru atau air mata luka. Vega tidak bisa mengartikannya.
Tesa bangun dan langsung meniup lilin tersebut.

"Semoga Allah selalu lindungin Mama dan selalu kasih Mama kebahagiaan. " Vega langsung mencium kening Tesa lama. Rasanya entah apa yang sudah ia perbuat pada Mamanya hingga sekarang ini.
Tesa langsung memeluk putrinya dengan saat erat. Kuenya di letakkan di atas meja dekat kasur Vega.

"Maaf, Mama belum bisa jadi yang terbaik." ucap Tesa lagi.

"Mama adalah yang terbaik." kata Vega meralat ucapan Mamanya.

"Kalo Mama yang terbaik, kenapa Papa ingin menceraikan Mama dan mau menikah lagi? "

'Deg!'

Vega langsung mematung dengan posisi masih memeluk Tesa. Badannya seakan telah beku dengan secepat kilat. Mulutnya kelu kehabisan kata-kata.
Tidak! Ia pasti salah dengar. Tidak mungkin Pria yang ia bangga-banggakan, pria yang ia anggap adalah pelindung sebuah keluarga, pria yang dengan tangan kekarnya selalu menggendong Vega saat ia kecil, pria yang sangat ia cintai melakukan hal seperti ini. Ini sangat bukan Papanya.

Ini pasti sebuah kesalahan. Dito tidak mungkin meninggalkan Tesa hanya karena wanita lain.
Ternyata ini adalah jawaban dari seringnya Tesa menangis di kamar Vega. Awalnya ia anggap itu hal biasa, namun sekarang jelas sangat berbeda.
Pria yang ia percaya telah menghancurkan hati malaikatnya.

Ia tak ingin membenci. Tidak sama sekali. Ia masih mencerna sampai otaknya bisa Menerima apa yang baru Tesa katakan.

Vega melepas pelukannya. Ia menatap lamat Mamanya itu. Dicari kebohongan di dalam mata Tesa, namun tak ia temukan.
Mata Tesa terlihat sembab dan sayu.
Terasa tidak sehangat sebelumnya. Matanya penuh dengan lelah yang ingin ia tumpahkan.

Summer Triangel Where stories live. Discover now