Aku menyukai ketenangan,
Seperti; melihatmu memejamkan mata.❤❤❤
Jalanan sangat legang di jam 12.06 WIB.
Vega terus berlari mencari Kenzie yang entah kemana perginya. Ia sampai lupa menggunakan alas kaki hingga kakinya memerah.
Ia tak perduli dengan sepinya jalan. Ia harus menemukan Kenzie.
Sahabatnya itu pergi dengan sangat cepat dan mendadak.
Gadis itu sangat merasa bersalah atas emosinya yang kelepasan.Vega lalu mengambil benda pipih dari saku celananya. Ia langsung mencari kontak Kenzie dan menelponnya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak... "
"ARRRGHT!!!" Vega benar-benar frustasi. Ia takut terjadi apa-apa pada Kenzie.
Ini salahnya. Tidak seharusnya ia menyakiti perasaan kenzie."AWW!!!" Vega hampir mengumpat karena ia merasa menginjak sesuatu yang tajam. Refleks ia mengangkat kaki dan melihat darah segar mengalir dari telapak kakinya hingga menetes ke aspal. Vega meringis kesakitan. Ternyata itu sebuah pecahan beling yang lumayan besar.
Gadis itu lalu kembali berjalan, walaupun ia merasa mungkin tak akan menemukan Kenzie, ia tetap mencoba. Entah kemana si cerewet itu.
Sudah cukup jauh Vega berjalan, padahal malam sudah sangat larut. Sejujurnya Vega takut berada di luar rumah di jam selarut ini. Banyak gosip kejahatan yang sedang marak beredar.
Ia bergidik membayangkan orang-orang yang di tangkap dan di ambil organ tubuhnya untuk di jual.Dilihatnya sebuah mini market yang ia tau buka 24 jam. Ia mulai masuk dan melihat seorang laki-laki sedang memainkan ponselnya dengan lihai di bagian kasir.
"Mas!" Orang itu tampak terkejut. Mulutnya berkomat-kamit entah membaca apa. Mungkin ia sedang membaca ayat kursi, takut-takut perempuan di depannya bukan manusia.
"Eh... a-ada apa mbak?" tanya penjaga kasir itu gelalapan.
"Saya manusia." ujar Vega memberitahu, seakan ia sudah tau isi fikiran penjaga kasir itu. Yakali ada seorang gadis yang masih berada di luar rumahnya di jam selarut ini.
"Saya gak bilang mbaknya hantu." katanya mengelak. Padahal air mukanya sudah bisa di tebak bahwa laki-laki itu lumayan takut.
"Ada perempuan datang ke sini pake baju..."
"Cuman mbak perempuan yang kesini di jam 12 lewat." ujar penjaga kasir memotong ucapan Vega.
"Peralatan P3K dimana?" tanya Vega seraya mengedarkan pandangan di seluruh sudut mini market itu karena tidak terlalu luas."Disana." ujar penjaga kasir seraya menunjuk sebuah rak yang berisi alkohol,kapas, dan lainnya.
"Makasih." Vega lalu berjalan ke arah rak yang di tunjuk. Mata penjaga kasir langsung membulat melihat darah yang membekas di lantai tempat Vega berpijak.
"Mbak hantu kan!!!" Langkah Vega terhenti. Ia ingin sekali tertawa terpingkal-pingkal. Dasar cowok.
Vega membalikkan badannya dengan kelopak mata yang ia lipat."Ia... hihihihiiii!" Vega mengangkat kedua tangannya seperti layaknya hantu yang ada di film-film.
"EMAAAAAAKKKK!!!"
"WAHAAAHAHAHAHAHAHAHHAAAA!!!" Vega tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.
"JANGAN KETAWA HANTU!!!" Vega langsung diam.
"Saya butuh pengobatan mas, gak usah bercanda!" Gadis itu lalu mengambil perlengkapan P3K untuk mengobati kakinya.
YOU ARE READING
Summer Triangel
Teen FictionAku tidak pernah merasa kehilangan yang benar-benar kehilangan. Saat itu tiba, aku tetap harus bertahan karna ada yang harus aku jaga ketenangan hatinya. - Vega Estella jenice