CHAPTER 4

1.4K 160 12
                                    

Dihari minggu pagi, langit sedikit mendung, membuat Sasuke malas pergi keluar rumah. Biasanya setiap libur sekolah dia akan pergi berkencan dengan Sakura walau hanya sekedar nonton dibioskop atau makan dicafe. Sasuke merasa sedikit bosan dengan rutinitasnya. Sebenarnya dia sedang merindukan sahabat manisnya, sejak Sasuke berpacaran ia jarang bertemu dengan hime-nya. Bolehkah disebut demikian? Karena kalau boleh jujur Hinata masih lebih baik dari Sakura. Hanya kepada Hinata lah Sasuke bisa menjadi dirinya sendiri. Ia bisa bermanja, berkeluh kesah bahkan tertawa lepas didepan gadis berponi itu. Walaupun ia mencintai Sakura tapi ia merasa nyaman berada disisi Hinata.

Mungkin lebih baik dia menelpon sahabatnya itu.

Tuuuutttt..... Tuuuuttt.....
“Moshi-moshi, Sasuke-kun.”
“Hime, kau sedang apa? Aku ingin bertemu.”
“Maaf aku sedang berada dikyoto.”
“kyoto? Sedang apa kau disana?”
“Aku tidak bisa menjelaskan ditelepon, nanti aku jelaskan jika kita bertemu ya.”
“Kau berhutang penjelasan Hyuuga”
Haahhh.... Jika Sasuke sudah memanggil dengan marganya, artinya dia sedang marah. Dan Hinata hanya bisa mengiyakan segala ucapannya.
“Baiklah.”
“Kau harus langsung menemuiku setibanya dirumah. Mengerti!!!”
“Ya, ya sudah aku tutup teleponnya ya.”
“Hn”
Sasuke langsung memutuskan teleponnya. Dia sangat marah, biasanya Hinata akan mengabari setiap kegiatannya. Tapi sekarang apa? Bahkan Hinata tak memberitahukannya jika dirinya pergi ke kyoto. Apa Hinata sedang membuat jarak? Sasuke merasa Hinata berubah. Dan entah mengapa itu membuat dadanya berdenyut nyeri.

...

Sudah jam 5 sore dan Hinata belum juga kembali dari kyoto, apa dia tidak tahu jika Sasuke sedang menunggunya? Bahkan ia menolak ajakan Sakura untuk berkencan. Tak lama terlihat sebuah mobil masuk ke pekarangan keluarga Hyuuga, dan dari kamar Sasuke terlihat seorang gadis yang sedari tadi ditunggunya turun dari mobil itu. Tak membuang waktu, pria bersurai hitam itu langsung turun dan menghampiri Hinata.
“Hinata”
Merasa namanya dipanggil, gadis itu menengok, melihat siapa yang memanggilnya. Dan ternyata orang yang sedari tadi menelponnya berkali-kali. Apa segitu penasarannyakah dia hingga tak mengizinkan Hinata beristirahat barang sejenak hanya untuk sebuah penjelasan?

Iapun segera menghampiri Sasuke karena ia sedang tidak ingin mencari masalah dengan pria yang ia yakin sedang memiliki mood yang sangat buruk itu.
“Ada apa Sasuke-kun?”
“Jelaskan ada keperluan apa kau dikyoto?”
Baiklah, mungkin ini waktu yang tepat untuk Hinata sampaikan sesuatu padanya.
“Aku sedang mencari apartemen untukku tinggali disana”
Sasuke mengernyitkan alis.
“Untuk apa kau tinggal disana?”
“Aku akan kuliah disana”
Tidak tahukah Hinata bahwa apa yang dikatakannya berdampak serius pada Sasuke?
“kau akan kuliah di kyoto?”
Suaranya pelan namun Hinata tahu bahwa Sasuke sedang marah. Hanya anggukan yang Sasuke terima sebagai jawaban.
“Dan kau akan meninggalkanku?”
“Sasuke-kun, kan sudah ada Sakura yang selalu menemanimu”
“Tapi aku juga butuh kau disisiku”
Andai Sasuke tahu bahwa satu kalimatnya itu dapat membuat hati seorang Hinata Hyuuga tersentuh. Tapi Hinata tidak boleh goyah, keputusannya sudah bulat.
“Kita masih bisa berkomunikasi, kau masih bisa mengirimiku e-mail. Bahkan saat liburan aku akan pulang”
“Kalau begitu aku akan ikut denganmu ke kyoto”
“Ehh??? “
“Aku akan kuliah disana denganmu”
“Dan meninggalkan Sakura? Apa kau yakin?”
Hatinya menjadi gamang, tidak mungkin ia meninggalkan Sakura tapi ia jg tidak ingin berpisah dengan belahan jiwanya ini.
“Aku tidak akan lama, aku akan segera kembali setelah aku lulus kuliah”
“Baiklah, Hime. Aku akan sangat merindukanmu”
Sasuke memeluk Hinata erat, berat untuk melepasnya pergi tapi ia tak memiliki alasan untuk memintanya untuk tetap tinggal. Hanya berharap saat Hinata kembali nanti semua masih sama, kenyamanan ini masih terasa. Hinata hanya bisa menahan airmatanya untuk keluar. Sungguh berat meninggalkan pria yang telah lama dicintai tapi ia tidak ingin menyakiti dirinya sendiri dengan tetap berada disamping pria bersurai raven itu lebih lama lagi. Hinata berharap saat ia kembali nanti, semuanya telah berubah. Perasaannya tidak sedalam ini. Entahlah doa siapa yang akan didengar Kami-sama.

...

Saya cuma mau bilang kalo saya usahakan setiap gambar dimasing2 chapter itu kadang suka gak nyambung sama ceritanya. Itu cuma gambar yang ada digaleri saya aja, biar keliatan rame aja kalo ada gambarnya.

Terimakasih

I LOVE YOU, FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang