CHAPTER 11

1.4K 145 4
                                    

Sudah hampir 4 bulan Hinata tinggal ditokyo, selama itu pula dia tidak bekerja. Bukannya dia tidak mau tapi dia belum diizinkan untuk bekerja. Salahkan saja Sasuke yang telah meracuni pikiran Tousan dan yang lainnya untuk sepakat menyuruh Hinata tinggal dirumah saja. Oh, ayolah... Kalian tidak tahu kan alasan konyol apa yang Sasuke katakan kepada ayah tercintanya hingga dia setuju dengan sipantat ayam itu? Lebih baik kalian tidak usah tahu.
Setiap hari Hinata menjalanin rutinas yang sama, memasak dengan Mikoto-kaasan, membawa bekal untuk Sasuke, nongkrong dengan teman-teman, bahkan menemani ayahnya main catur.

Yang digaris bawahi Itu adalah usul Sasuke. Dia bilang Hinata harus punya waktu menemani Tou-san agar ikatan ayah dan anak semakin kuat, salah satu caranya adalah bermain catur bersama, dan usul itu disetujui oleh semua pihak. Bahkan Fugaku-tousan pun ikut mengiyakan usul itu. Sepertinya Sasuke memang sengaja ingin membuat Hinata jago bermain catur agar dia bisa dikirim ke olimpiade, dan Hinata berjanji jika dia dapat juara pertama, maka piala yang didapat akan dia lemparkan kewajah tampan pantat ayam itu sebagai bentuk terima kasih darinya. Hihihi... Hinata tersenyum nista.

Hinata baru saja selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya saat ponselnya berdering.

Sasuke-kun is calling

“moshi-moshi Sasuke-kun”
“Hime, kau sedang apa?”
“aku baru selesai mandi”
“kalau begitu kita video call ya”
“jangan coba-coba tuan Uchiha atau aku akan menjambak rambut pantat ayammu!”
Oh, Hinata tidak tahu kenapa sahabatnya ini jadi hentai begini. Mungkin karena dia sering bergaul dengan Hatake Kakashi dan mencekokinya dengan buku ‘ikeh-ikeh’  dan lagu ‘uwik uwik’ itu...

“Hari ini kau ada acara kemana?”
“aku mau mencari pekerjaan”
“ck, mulai lagi. Kenapa kau tidak bisa dirumah saja. Belajar jadi calon istri yang baik”
“aku bosan, setiap hari hanya melakukan aktivitas yang sama, untung Tenten-chan sedang tinggal disini jadi dia bisa menemaniku. Lagipula aku ingin mencari uang sendiri, aku tidak mau diberi Tousan terus”
“kau tidak perlu bekerja, aku sanggup untuk menghidupimu”
“lalu kau mau menghidupi 2 wanita sekaligus?”
“kalau kau mau tidak apa-apa. Bahkan aku bisa menghidupi 10 wanita sekaligus”
“ish... Sombong sekali Tuan Uchiha ini”
“sombong kalau mampu tidak apa-apa, Hime”
“aku sedang tidak mau berdebat denganmu. Lebih baik kau segera pergi bekerja. Aku tutup teleponnya, jaa”
Tuttt .....
Haaahhh....
Hinata benar-benar sedang malas berdebat, ini masih pagi dan Hinata tidak mau moodnya berantakan karena meladeni ocehan pria itu. Lebih baik Hinata cepat memakai baju dan membuat sarapan untuk keluarganya terutama untuk Tenten. Sahabat yang sekarang telah menjadi kakak iparnya ini sudah seminggu tinggal di kediamannya. Alasannya karena dia sedang hamil. Berhubung Neji sedang sibuk dengan perusahaan yang sedang berkembang pesat, dan dia sering meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda jadi dia membawa Tenten duntuk tinggal disini agar ada yang menjaga istri tercintanya dan calon anaknya.

Saking asyiknya memasak hingga dia tidak menyadari kakak iparnya ini telah duduk dimeja makan sembari memandanginya.
“Hinata-chan”
“Tenten-nee, kau sudah bangun. Tunggu sebentar sarapannya sebentar lagi siap”
“ya, santai saja, lagi pula aku sudah makan cemilan yang dibelikan Neji-kun tadi malam”
“Memangnya kau tidak mual-mual? Biasanya jika kandungannya belum masuk trisemester kedua akan mengalami morning sickness?”
“hahaha.... Tidak, aku tidak mengalami itu. Keponakanmu ini sangat menyayangi mamanya” ucap Tenten sambil mengelus perutnya yang masih rata.
“wah, hebatnya keponakanku”
Merekapun tertawa bersama.
“oh ya, Hinata-chan. Aku beberapa kali melihatmu dijemput Naruto. Apa kalian pacaran?”
“Eh? Tidak, kami hanya teman biasa. Dia sering mengajakku jalan-jalan saat aku bosan dirumah”
“Kalau kalian memang pacaranpun tidak masalah, aku mendukung. Atau jangan-jangan kau masih belum melupakan ‘DIA’?”
Hinata seketika mematung. Diapun tak mengerti dengan perasaannya. Sasuke masih memperlakukannya sangat baik, bahkan kadang Hinata sampai terbawa perasaan. Tapi dia sudah sadar dimana posisinya. Dan kehadiran Naruto yang pernah berterus terang jika dia ingin lebih dekat dengannya, membuat Hinata sedikit melupakan perasaannya pada Sasuke. Entahlah, Hinata masih bingung dengan perasaannya. Mungkinkah ini saatnya dirinya mencoba membuka hatinya untuk Naruto?

Pesan masuk membuyarkan pikirannya, seperti ada alasan untuk tidak menjawab pertanyaan Tenten, Hinata segera membuka pesannya.

Nomor tidak dikenal.

‘Hai Hinata-san, aku Sakura. Maaf aku mengganggumu pagi-pagi. Bisakah kita bertemu hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu'
Segera Hinata membalasnya.
‘Baiklah, hari ini jam 10 pagi dicafe dekat taman kota'

Kira-kira apa yang ingin dibicarakan Sakura padanya? Mungkinkah ini tentang Sasuke? Atau tentang kedekatannya dengan Sasuke? Entahlah, Sebenarnya Hinata tidak ingin ikut campur kedalam masalah percintaan orang lain, terutama Sasuke. Dia sudah bertekad mengubur perasaanya, dan itu masih berlaku sampai detik ini.

...


I LOVE YOU, FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang