15. Sakit

26 2 0
                                    

"Yakin udah ga perduli?"

Titasla terjebak dalam kamar ini, kamar yang membuat dirinya melambung karena pernyataan seseorang terhadapnya. Entah mengapa ia merasa senang.

Dengan canggung Titasla mengelus kepala Mike, mengompres kembali, suhu badan Mike masih belum turun juga, malah sekarang Mike semakin menggigil, Titasla cemas bukan main.

"Bangun, makan dulu." Titasla mencoba membangunkan entah untuk ke berapa kalinya.

Mike perlahan membuka matanya, "Kamu, lebih baik pulang aja, saya udah agak mendingan!" Titasla memutar bola matanya, mendingan katanya.

Hello, jerapah amazon aja tau, kalau Mike masih sakit. Sekarat malah kalau dilihat sekarang.

***

Varell datang kerumah Titasla untuk menemui gadis itu, tapi yang di dapat malah gadis itu tidak ada di rumahnya. Belum pulang katanya.

Varell mengeluarkan handpone didalam saku celana yang di pakainya. Mendial nomor yang akan di telponenya.

"Hallo, Salala gue di rumah lo nih, lo kok belum pulang sih?" Varell langsung ke intinya saat telah tersambung dengan Titasla.

"Gue lembur hari ini. Udah dulu ya, nanti gue hubungin lagi." Titasa langsung mematikan sambungan saat Varell akan bertanya kenapa.

***

Suhu badan Mike mencapai tiga puluh sembilan derajat celsius. Titasla semakin cemas akan itu.

"Mike plis bangun terus makan, kamu bisa beneran mati disini!" Titasla kesal saat ini karena Mike malah seakan tidak perduli dengan keadaan yang memang sudah sekarat menurut Titasla.

"Siapa tadi yang nelpone?" Mike malah bertanya sesuatu yang tidak penting menurut Titasla.

Titasla memandang Mike dengan tajam, "Dia Varell, puas! Sekarang makan Mike!" Titasla berseru jengkel.

Mike merasa kesal dikeadanya sekarang, kenapa masih saja cemburu! Aish sangat menyebalkan.

"Aku gak laper." jawab Mike lemah.

"Astaga, Mike plisss, yaudah kalau kamu gak mau makan, aku pulang aja, lagian Varell udah nunggu di rumah! Nanti aku panggil sekertaris kamu! Biar dia yang ngurusin sekalian." Entah kenapa Mike merasa terancam dengan Titasla menyebut nama Varell.

Hatinya panas luar biasa, "Yaudah cepet suapin." ucap Mike memelas.

***

Rumah sakit adalah hal terakhir yang ingin Mike datangi, namun apa daya keadaanya semakin memburuk saja.

Dan karena ancaman dan paksaan dari Titasla, Mike sekarang berada di ruangan bernuansa putih bersih ini.

"Mungkin hasil lab, untuk pemeriksaan Pak Mike bisa di ambil besok pagi," ujar doktor yang baru saja memeriksa Mike, "sekarang Pak Mike bisa di pindahkan ke kamar rawat terlebih dahulu, takutnya diagnosis yang saya berikan benar, pak Mike terkena demam berdarah."

"Oh iyah terimakasih Dok." itu suara Titasla yang menyahut, karena dengan tidak tahu malunya Mike malah meminta di temani oleh mantanya ini.

***

Dan Mike positif terkena deman berdah, laki-laki yang sangat menyebalkan itu sekarang tengah terbaring dengan lemah, tidak lupa dengan wajah yang sangat pucat pasi seperti mayat.

Titasla menarik nafasnya dengan gusar, "Astagbirullah, ini kenapa malah nungguin mantan sih?" monolog pertanyaan Titasla terdengar saat ia duduk di sebelah ranjang Mike.

Sabar, sabar, sabar.

Hanya satu kata itu yang mampu menahanya tetap duduk termenung disini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sebatas luka (hiatus sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang