.
.
.
.
.
Karena semua hal menakutkan itu masih terbayang begitu jelas dalam sudut memori otaknya, merangkak bersama deru nafas tertahan yang tersendat, serta keringat dingin yang tiba-tiba bercucuran. Wajah pias, tubuh gemetar, dan binar ketakutan itu seolah kekal. Taehyung coba menyangkal namun semua kesakitan itu nyatanya masih bisa dia rasakan. Semua tangis, semua caci, semua pukulan, dan tawa menggema yang begitu menakutkan itu kembali datang saat Jungkook memilih berjalan pergi meninggalkannya. Taehyung merasa kesakitan, ia coba memanggil Jungkook namun punggung itu telah menghilang dari pandangan. Dia kembali sedirian, jatuh pada lantai kayu dingin dengan nafas tak beraturan, dan mata memburam. Kim Taehyung… Kenapa kau begitu menyedihkan?
.
.
.
.
.
Tuhan selalu memiliki rencana lain dalam setiap takdir yang Dia rangkai pada umatnya. Tuhan selalu memiliki banyak cara untuk menguji mereka, dan Tuhan pun selalu ingat dimana batas yang bisa umatnya tanggung dalam setiap rencana-Nya. Tuhan memiliki begitu banyak akhir, dan akhir itu merekalah yang memilihnya.
.
Seperti akhir ini, saat sepasang tangan kokoh itu tiba-tiba menyentuh punggung Taehyung dalam hangat, mengusap pipinya begitu hati-hati diiringi suara yang dulu tak pernah terdengar merdu baginya.
.
“Taehyung!! Hey, bagunlah… Apa yang terjadi?” Taehyung mengenal pemuda ini sebagai salah satu teman Jungkook yang jarang berbicara, wajahnya yang tegas terkadang membuat Taehyung berpikir dua kali untuk bertegur sapa dengannya. Dia yang selalu datang paling awal untuk latihan basket, pemuda baik hati yang begitu ceroboh, si pintar yang terkadang idiot.
.
“Namjoon.. Tolong aku..” Taehyung meminta dengan lirih saat tangan kokoh Namjoon memapahnya perlahan menuju kursi. “Akan kuantar kau ke klinik, ayo!”
.
Taehyung menggeleng lemah, tangannya menggenggam erat lengan Namjoon dalam thremor. Tidak, Taehyung tidak ingin berada disini. Dia tidak ingin bertemu dengannya kembali. “Tidak, aku… tolong antarkan aku pulang.”
.
Wajah panik itu kemudian mengernyit, ia mungkin berpikir kenapa namun tak ada satupun pertanyaan yang terkuak kemudian. Namjoon, pemuda itu memapah Taehyung tanpa banyak berkata. Membawa tas Taehyung dengan satu tangan lain dan berjalan melewati lorong-lorong sekolah yang kini hampa.
.
Ada satu hal tertinggal, satu hal terlewat yang tak akan pernah terdengar kemudian. Satu hal perihal dimana Jungkook dan Eunha kini berada.
.
Disana, diambang ruang kesehatan Jungkook berhenti. Membuat wajah Eunha yang masih mengernyit kesakitan menahan bekas tamparan Taehyung—yang tak seberapa- mendongak seolah bertanya. Ada apa?
.
“Kau bisa melakukan apapun, Eunha.” Jungkook berbicara. “Tapi jangan sekali-kali kau melibatkan Taehyung dalam masalah kita.”
.
Jangan libatkan Taehyung?
.
Tch, benar-benar naif.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [KookV]
FanfictionKim Taehyung hanyalah sebagian kecil manusia yang berhamburan layaknya debu disekeliling Jeon Jungkook. entah karena alasan apa, entah karena jampi-jampi model bagaimana, Taehyung yang otaknya sudah tak waras sejak diberi izin lahir didunia itu sela...