.
.
.
.
Bergerak gelisah, diantara bulir keringat yang bercucuran itu mata Jungkook bergerak cermat, memicing tajam untuk menelanjangi seseorang yang kini tengah berhadapan dengannya dengan keadaan yang bahkan jauh lebih mengenaskan. Tubuhnya yang tak sebanding dengan Jungkook tampak kepayahan saat mengambil udara secara serakah.
.
Ia terengah parah sedangkan mata indah yang setajam bibir ibu-ibu kompleks milik kapten bangsat aka Jeon Jungkook itu menguncinya telak hanya karena satu pertanyaan yang tak bisa dijawabnya secara jelas.
.
"aku tidak akan segan-segan kali ini jika kau masih belum memberiku jawaban yang benar, Park."
.
Jimin, pemilik marga Park itu menghembuskan nafas kasar. Dengan nafas yang hanya tertinggal separuh ia menatap kaptennya pasrah. "dia tadi kemari lebih dulu daripada aku, Kook. Percayalah."
.
Dengusan tak percaya itu kemudian terbit bersamaan dengan hempasan bola orange yang telak dia lemparkan tepat ke dada Jimin. "lalu kau pikir aku percaya? Orang gila juga tidak akan percaya dengan ucapanmu itu."
.
Jimin mendengus, dia benar-benar akan pulang hanya nama jika terus seperti ini. "ak―TAEHYUNG!!!"
.
Jungkook memalingkan wajahnya cepat saat Jimin mengucapkan nama Taehyung dengan terlalu semangat. Mengabaikan latihan yang masih berjalan pemuda bermarga Jeon itu kini menghampiri Taehyung yang malah melambaikan tangan ceria padanya.
.
"JUNGKOOK!!!" pemuda berstatus stalker berbudi luhur seorang Jeon Jungkook itu tertawa riang, melihat Jungkook yang berjalan menujunya malah membuat senyum pemuda itu bertambah lebar tanpa sebab. Tau-tau mereka bahkan sudah berhadapan.
.
"Kemana saja kau?" Jungkook mencerca Taehyung dengan wajah kesal yang tak dibuat-buat, dia sedang benar-benar kesal hari ini. dimulai dari menghilangnya celana latihannya dan berakhir dengan menghilanglah pula dalang yang digadang sebagai oknum pencuri permanen dari seragam latihannya.
.
"aku tadi kesusahan mencari celanamu, Kook." Tanpa melihat bagaimana wajah Jungkook yang sudah mengernyit heran Taehyung malah membuka tas ranselnya lalu mengeluarkan celana latihan Jungkook. "ini, aku nanti akan mengambil yang lain saja. Jungkook kan nggak terlalu sering pakai celana yang ini. yasudah ambil saja, aku ikhlas kok."
.
Jungkook mendengus tak percaya dengan apa yang baru didengarnya, lalu apa-apaan dengan cengiran konyol itu. "Kim Taehyung." suara Jungkook terdengar menyeramkan, Jimin yang sedari tadi sudah akan dijadikan bahan percobaan pembunuhan itu bahkan meneguk ludah mendengarnya. Lalu Taehyung, lah, sudah jangan tanyakan betapa girang stalker berbudi luhur kita itu. dia dengan senyum cerah murah meriah bahkan menjawab dengan terlalu girang. "ya, aku disini. Jungkook tidak latihan? Aku sudah capek loh lari kesana-kemari mengingat-ingat dimana menyembunyikan celana itu hanya untuk Jungkook."
.
Mendengar jawaban absurd khas Taehyung sekali itu pada akhirnya Jungkook harus puas menghela nafasnya kasar. Sudahlah, jangan bertanya apa-apa lagi pada pemuda bermarga Kim itu. Capek hati sendiri jadinya.
.
"kau juga anggota klub basket, Tae. Kau tidak ikut latihan?" bukannya Jungkook perhatian atau bagaimana, dia berkata demikian karena takut boxernya menghilang setelah kembali latihan. Kan bisa bangkrut kalau setiap minggu Jungkook harus selalu membeli selusin boxer hanya karena kalah runding dengan stalker aneh macam Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [KookV]
FanfictionKim Taehyung hanyalah sebagian kecil manusia yang berhamburan layaknya debu disekeliling Jeon Jungkook. entah karena alasan apa, entah karena jampi-jampi model bagaimana, Taehyung yang otaknya sudah tak waras sejak diberi izin lahir didunia itu sela...