Resiko mencintai adalah menerima apabila yang dicintai mencintai orang lain. Menerima serta berpura-pura semua nya baik-baik saja. Dengan raga dan hati tegar menghadapi nya.
****
Setelah, satu persatu seseorang pergi menjauhi ruangan. Sedangkan diriku masih setia dengan bangku yang ada di depan. Menikmati kesunyian hingga bagian akhir pukul lima menghentak hatiku. Menangis dalam diam dengan mencoba membuka aplikasi kendaraan berusaha untuk tetap pulang pada rumah yang terlihat lebih nyaman, daripada perbincangan beberapa jam–lalu.
Diriku tersenyum getir menatap sendu, padahal ingin mendobrak pintu agar tak jatuh malah memperdalam rindu berbincang dengan mu. Hari ini, ulang tahun ku, yang ke 17 tahun dengan harapan kamu pemulai bincangan menyadari perasaanku beberapa tahun lalu–sampai saat ini.
Berbicara tentang beberapa jam lalu, berkumpul sekitar empat puluh dua orang dengan ku serta bertambah dengan mu menjadi empat puluh tiga orang membahas sesuatu yang menjadi perayaan. Bukan suatu kebetulan saat aku duduk bersampingan dengan mu. Itu dusta ku, mendekati mu agar bisa melihat tawa tanpa rasa bersalah milikmu.
Sekian banyak orang yang lebih tertarik mendengarkan pembahasan perayaan tersebut. Aku lebih memilih menatap wajah mu yang serius dengan benda pipih sambil tengkurap berposisi nyaman. Belum ku duga, dirimu mengajak berbincang dengan ku seolah mengartikan "gak perlu dengerin penjelasan nya".
Kita, ah iya kita. Berbincang tanpa ada rasa canggung dan risih. Bahkan orang menganggap kami justru berpasangan–bukan teman. Membahas pusat perbelanjaan yang baru di buka di kota kami. Membicarakan media sosial yaitu instagram yang banyak hujatan–serta cacian. Hingga topik terakhir, suatu hubungan. Hubungan dia dengan yang ada disana.
Memberikan kesan seakan–kamu mencintai nya dengan sangat, tak akan terangkat serta mencoba menelaah pelan-pelan bahwa dia yang akan dapat meskipun kamu yang selalu merapat. "kamu" itu aku.
Masih bisa dicerna dengan baik bukan?
YOU ARE READING
Perkara Rasa
Teen Fictionaku puan, selalu jatuh pada tuan, yang tak bisa mengungkapkan, bahwa rasa sayang melebihi batas kewajaran -nes