Sampai kapan terus menatap dan tidak ingin bangkit dari kehidupan yang pahit?
***
Dihari kelima aku masih sama. Berada dipojok sebelah kanan kasur tidur ku, sambil melipat lututku dan air mata lolos tak menentu.
Sedangkan diluar, mengetuk pintu dengan menyebut namaku. Berusaha membuat ku bangkit dari keterpurukan selama lima hari ini.
Sayang, lima hari tanpa mu seperti lima tahun bagiku. Lima hari aku masih terbayang dengan adanya kejadian di pelukan ku. Setetes darah menjadi lumuran darah masih membekas dalam benak ku.
Menguncang badan mu dengan sungguh tak akan membuat membuka matamu dan berucap bahwa dirimu baik-baik saja. Hanya saat semua orang berkerubun menolong mu. Membawa mu pergi dari hadapan ku. Aku sudah merasa bahwa diriku mengikuti mu.
Setia. Iya. Aku masih duduk. Sampai seseorang menarik ku perlahan. Membawa ku ke dalam pelukan dan berbisik jika dirimu tak ada.
"hahaha" aku tertawa.
Seperti orang gila yang sedang berjalan tanpa arah. Menangis meronta, tidak sudi jika dirimu pergi tanpa berpamitan padaku.
Lima hari sayang, aku masih dengan mu. Masih merasakan nafas mu saat mencium tengkuk ku. Masih merasa hangat nya pelukan mu. Masih merasa lembutnya genggaman mu.
lima hari tanpa mu, aku mulai rubuh.
YOU ARE READING
Perkara Rasa
Teen Fictionaku puan, selalu jatuh pada tuan, yang tak bisa mengungkapkan, bahwa rasa sayang melebihi batas kewajaran -nes