Pelakor 12

4.2K 236 30
                                    

Pintu di buka, mataku menatap nyalang, Marissa masuk sambil melempar senyum sinis kepadaku.

Ku kepalkan tanganku, dia dengan santainya berjalan ke arah suamiku yang duduk membelakangi meja kantor, aku langsung berdiri gemas ketika dia dengan beraninya mengecup pipi suamiku.

"Heh dasar jalang, tak tau diri kau!!!"

Aku setengah berlari menghampiri jalang itu.

Suamiku berdiri saja, hanya termangu tanpa berbuat apapun, dasar penghianat!!!

Ku tampar pipi Marissa, ku jambak dia, ku pukul dia.

"Plaaakkk!!"
"Bugh...bugh...bugh dasar murahan!!"
"Gatal ya kau?"
"Hah!!"

Marissa menjerit-jerit minta tolong kepada suamiku.

Ku pelototi suamiku agar tidak berani ikut campur kalau nggak mau ikut ku hajar juga.

Emosiku meledak-ledak, ku cakar wajah jalang itu. Tingkah lakunya yang murahan tidak sebanding dengan cantik wajahnya.

"Ampun mbak, ampun mbk" desis Marissa.

Ku menatapnya puas, melihat dia menggerang kesakitan, rasain kau jalang. Sambil melempar senyum puas.

"Rina...?"
"Sayang...?"

Tepukan halus di mukaku terasa, aku terbangun kaget. Ku kerjab-kerjab mataku agar mengembalikan kesadaranku.

Ach aku bermimpi!!

"Kau tertidur sayang, mimpi apa?"
"Kok senyum-senyum?" Tanya suamiku sambil menatapku.

Ku dengar suara kekehan kecil, Mas Rico berdiri di dekat meja kerja suamiku sambil tersenyum menatapku.

"Pasti mimpi dapat rejeki nomplok ya Rin?"

"Emmm...enggak kok." Sahutku cepat.

Duh malunya aku, cepat ku berdiri sambil merapikan bajuku.

"Mas Andi aku ke kafe depan dulu ya, mau ngopi biar nggak ngantuk."
"Mas mau aku belikan juga?"

"Nggak usah Sayang, ya pergilah nanti aku telfon kalau tiba waktunya ke dokter Teguh."

"Baiklah, Mas Rico, jalan dulu ya..."

"Oke." Sahutnya.

Kulangkahkan kaki menuju ke luar ruangan suamiku, melempar senyum manis ke karyawan yang berpapasan denganku.

Duh malu sekali aku tadi, kenapa bisa tertidur di dalam sana, ku kulum senyum mengingat mimpiku tadi, ach akibat terlalu memendam kebencian kepada Marissa sampai terbawa ke alam mimpi.

Tapi aku puas meski mimpi aku sudah menghajar jalang itu.

Cafe "Pelangi" nama kafe yang berada persis di depan kantor suamiku, nuansa kafe yang berwarna warni cat dekorasinya sesuai dengan namanya, banyak spot yang indah untuk di jadikan foto selfi.

Pantas saja cafe ini selalu di padati anak-anak muda kekinian yang gemar berfoto selfi.
Waiters datang mengantar pesananku, cofe capuccino latte panas terhidang di hadapanku.
Aku berharap setelah minum mataku akan terang lagi, mengingat nanti aku akan berhadapan dengan Marissa.

Ratna!!
Yah aku akan menghubunginya, tidak enak rasanya pagi tadi aku sudah menolak pelanggilannya.
Ku telfon bocah gendut itu, dia teman rasa saudara.

"Hallo, Rinaaa...."
Suara histerius terdengar dari seberang telfon.

"Hai, pelan-pelan sayang, aku dengar dari sini." Jawabku sambil tertawa-tawa.

PelakorWhere stories live. Discover now