18. Kembali Akur

267 35 4
                                    

Toko bunga kecil itu sedang sepi. 

Selagi sepi, wanita paruh baya pemilik toko bunga tersebut sedang menyelesaikan pesanan beberapa buket bunga untuk dikirim sore nanti. Juga selanjutnya dia harus mendesain karangan bunga yang dipesan oleh tetangganya dan harus dikirim minggu depan. Toko bunganya memang kecil, cuma dibikin di samping rumah, tapi pelanggannya sudah banyak dan pesanan tidak pernah berhenti apalagi kalau menjelang musim wisuda atau nikahan. 

Disaat wanita paruh baya itu masih fokus dengan rangkaian buketnya, lonceng kecil penanda pelanggan datang berbunyi. Dia menoleh dan sempat berseru, "Selamat Datang!"

Tapi lihatlah siapa yang datang ke toko. 

"Bunda!" suara itu sontak membuat wanita paruh baya itu memekik kaget dan langsung ninggalin pekerjaannya. 

"Soojin!!" seru wanita paruh baya yang dipanggil Bunda itu. Bunda langsung menghambur kearah Soojin dan memeluk anak satu-satunya itu dengan erat. Sudah hampir dua bulan anaknya nggak mampir ke rumah, dan Bunda sendiri juga nggak bisa dateng karena sibuk di toko. Maka dari itu, Bunda kangen berat begitu melihat Soojin datang. 

"Ya, ampun!" Bunda masih dalam kondisi senang luar biasa. "Bunda kangen banget sama Soojin!" 

Soojin terkekeh, "Maaf ya Bun, aku baru bisa dateng sekarang." Soojin langsung mencium tangan Bunda. 

"Sama Jonghyun?"

Soojin menggeleng pelan, "Mas...lagi sibuk, Bun." Jawab Soojin gugup. "Jadi aku sendiri ke sini." Bunda yang mendengar jawaban Soojin cuma bisa manggut-manggut. Soojin sama sekali belum cerita soal hubungannya dengan Jonghyun yang lagi nggak baik. Takut bikin khawatir, kalau kata Soojin. Makanya Soojin dulu cuma cerita sama Bunda dan Ayah kalau dia udah mulai kerja dan dibolehin Jonghyun. 

Rencananya sih dia mau cerita sekarang. Karena dia udah mulai capek sama keadaan di rumah. Mungkin Bunda bisa kasih saran yang terbaik. 

"Kenapa dateng siang-siang gini?" tanya Bunda. "Kenapa nggak nanti Sabtu aja bareng anak-anak sama Jonghyun?" 

Soojin diam sebentar, lalu kemudian menghela napas. Wajahnya yang semula berseri saat bertatap muka sama Bunda, kini berubah sedih. Tentu aja Bunda langsung panik ngeliat kedua mata anak perempuannya berair dan tiba-tiba berubah sesenggukan. Soojin menunduk dan langsung terisak kecil di depan Bunda. 

"Sayang!" Bunda mulai cemas. Dia mengambil dua hela tissue di meja dan mencoba untuk menghapus air mata yang keluar dari kedua mata Soojin. "Kenapa? Ada masalah?"

Soojin menjawab di sela isakkannya, "Soojin...Soojin...capek, Bun..."

*** 

Bunda cuma bisa diam mendengar seluruh cerita tentang kondisi di rumah dari Soojin. Sementara Soojin bercerita dengan sesenggukkan, dengan tangan mengambil satu persatu helai tisu dari meja. Kalau Soojin udah kayak gini, udah pasti kondisi bener-bener nggak baik.

Soojin bercerita tanpa henti tentang kondisinya dengan Jonghyun setelah Soojin keras kepala mau kerja. Dia cerita bagaimana Jonghyun memilih untuk tidur di tempat terpisah, bagaimana Jonghyun memilih untuk pergi duluan dan pulang belakangan dari kantor, bagaimana Jonghyun lebih sering mengurung diri di ruang kerja, dan bagaimana mereka pura-pura kelihatan baik-baik aja di depan anak-anak. Semuanya udah berlangsung hampir satu bulan. 

"Soojin capek, Bun..." Isak Soojin. 

Tangan Bunda mendarat di bahu Soojin dan mengusapnya pelan. "Kalau emang Jonghyun ngelarang kamu buat kerja, kenapa kamu nggak nurut? Suami surganya istri lho, Sayang..."

Soojin mengangkat wajah, menyeka kedua air matanya. "Tapi orangtua juga surganya anak, Bun. Emang Bunda nggak inget apa keinginan Bunda sama Ayah dulu buat Soojin sampai pengen Soojin sekolah tinggi?"

[NU'NIVERSE] The (Un)Simple Life of Kim's // Kim Jonghyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang