Selamat pagi jiwa-jiwa petualang!
Selamat membaca FM.
Perhatikan typo!***
BERJALAN jauh ternyata cukup menguras tenaga. Bukan hanya sekadar cukup, tapi sangat. Qie dan Ai sedang mencari hutan yang jarang dijamah manusia. Qie butuh tempat khusus untuk melatih elemennya. Dan berjalan seperti ini juga salah satu latihan baginya.
“Ai? Bagaimana jika istirahat sebentar? Kita sudah berjalan satu jam!”
Ai menengok. “Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Tapi bukan di sini, sebentar lagi kita sampai.”
Qie mengusap peluhnya, ia membuang napas keras. “Baiklah, baiklah.”
Mereka berjalan lagi hingga menemukan sebuah pohon berdiameter cukup besar dan rindang. Keramaian kota sudah jauh dari tempat itu. Jadi aman bagi Qie untuk melatih elemennya. Ai melepas tas gendongnya dan duduk celah akar pohon.
“Aku ingin minum,” kata Qie.
Ai memberikan botol minuman kepadanya.
“Terima kasih,” kata Qie. Ia membuka tutup botol dan meneguk air yang terasa sangat menyegarkan.
Ai bisa melihat tanda di rahang bawah gadis itu. Tanda yang tidak lain dan tidak bukan adalah miliknya. Jantung pemuda itu berdetak kencang, ia membuang napas gusar. “Qie ... namaku Haise. Bukan Ai.”
Qie tersedak minumannya, ia terbatuk sesekali memukul ringan dadanya. Ai membantu menepuk pelan punggung gadis itu.
Ketika Qie sudah membaik ia langsung menatap sosok pemuda di depannya. “Ha-Haise? Haise si pengendali udara yang dikabarkan mati dalam perang sebelumnya?”
Ai mengangguk.
Tanpa diduga Qie malah tertawa. “Haha! Jangan mengaku menjadi orang lain. Kau itu manusia yang menjelma menjadi rubah. Mana mungkin kau ...,” Qie jadi teringat dengan cerita Ryu tentang Haise yang katanya sering akrab dengan rubah-rubah di hutan. “Jangan-jangan kau rubah peliharaannya Haise?!”
“Aku Haise, Haise itu aku!”
Qie termundur. “Ke-Kenapa kau serius sekali?”
“Karena aku tidak sedang berbohong,” Ai mengambil air di botol yang Qie bawa dengan pengendalian elemen udaranya. Air tersebut terbungkus rapih dalam udara. “Tidak hanya itu, aku juga pengendali air.”
Hal itu membuat Qie terkejut dan berakhir menjatuhkan botol yang dibawanya. “Ha? Haise? Sungguh?”
Ai lagi-lagi mengangguk. Ia mengambil botol yang jatuh dan menaruh air itu kembali ke tempat semula.
Qie bersandar pada pohon saking terkejutnya dia sampai kehilangan energi. Ai mengacak rambut Qie gemas. “Kenapa?”
“Siapa saja yang tau jika kau masih hidup selain aku?” tanya Qie.
“Beberapa penyihir putih dan penyihir hitam.”
“Ryu?”
Ai menggeleng. “Aku belum memberitahunya.”
Qie menegak. “Kau tau? Ryu sangat mengkhawatirkanmu! Dia sangat merindukanmu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
FS1- Fantastic Magic [ TERBIT ]
FantasySUDAH TERSEDIA VERSI CETAK! - FOLLOW SEBELUM BACA! DON'T COPY MY STORY! Terima kasih 💕 • 05 Februari 2021, rank #1 Academy • 11 Februari 2021, rank #3 Friendly • 19 April 2021, rank #2 Friendly • 27 Mei 2021, rank #3 Petualang • 28 Agustus 2021, ra...