04. Hari Kedua ✅

3.4K 398 4
                                    

Qie berniat membuka matanya saat merasakan tangan kanannya ditindih oleh sesuatu yang berbulu, dan sepertinya sesuatu itu menjilat. Gadis itu masih enggan membuka mata karena kantuk mengalahkan segalanya, tapi entah kenapa sesuatu yang basah itu memaksanya untuk segera membuka mata.

"Tanganku terasa berat," gumam Qie sambil berusaha menggeser tangannya yang terasa mulai keram.

"Kenapa basah?" ucapnya masih mengucek mata dengan tangan kirinya.

"Tidurmu pulas sekali gadis kecil," ucap suara pria yang membuat Qie panik, ia lantas berdiri

"Siapa di sana?!" tanya Qie yang sudah turun dari kasur sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruang. Nihil, ia tidak menemukan batang hidung seorang pun di sana.

"Ke mana kau menatap, gadis kecil?" katanya lagi.

"Tidak mungkin," ucap Qie sambil gelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan sesuatu yang barusan dilihatnya.

Qie membayangkan jika hewan yang kini menyasar di atas tempat tidurnya itulah yang tengah berbicara padanya. Hewan itu bermata bulat dan terlihat menggemaskan, ia terus menatap Qie dengan tatapan imut. Hewan berbulu itu berkedip beberapa kali.

"Mana mungkin anjing ini bisa berbicara?"

"Hei! Aku bukan anjing! Aku rubah!" balas hewan berbulu itu tidak terima.

Qie agak memiringkan kepalanya dan mulai berpikir, hewan itu hanya menghela napas sambil kembali meletakan kepalanya di atas kasur yang empuk.

"Apa kau hanya akan berdiri seperti orang bodoh di sana dan melupakan sekolah?" ucap hewan itu seolah mengingatkan Qie.

Terdengar sebuah suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

"Qie-chan! Ayo bangun dan sarapan, sudah jam lima pagi. Kalau tidak cepat kau bisa telat sekolah nanti."

"Bell?" ucap Qie sambil berlari menuju pintu kemudian membukanya.

Qie menatap Bell yang sudah berdiri di balik pintu kamarnya, dia tidak sendiri, melainkan bersama dua orang lainnya. Bell melihat keadaan Qie yang masih berantakan, khas orang baru bangun tidur. Bell memberikan jubah untuk Qie pakai, dan pria di samping kiri Bell yang tidak lain dan bukan adalah Michi, pemuda itu hanya tersenyum riang, menampilkan deretan giginya yang putih sempurna, sedang di belakangnya ada pria es yang menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Yuu.

Qie melihat dirinya sendiri yang masih sangat lusuh, berantakan, dan terkesan hancur. Qie adalah gadis yang tidak bisa diam ketika tidur, maka dari itu ia bangun dalam keadaan mengerikan.

"Kami semua juga belum mandi, ayo kita makan dulu baru mandi," suara Michi memecah kesunyian di antara mereka.

"Ba-Baiklah," jawab Qie agak canggung. Jujur saja Qie agak malu karena di antara mereka bertiga, Qie yang paling berantakan.

"Tenangkan dirimu, Qie," kata Michi seolah tahu apa yang Qie pikirkan.

***

Sarapan di dunia Sihir ternyata cukup simpel. Di atas meja yang lebar itu terhidang berbagai jenis roti, mulai dari roti keju, coklat, biskuit, roti basah, roti daging, roti gandum, dan berbagai roti menggiurkan lainnya. Sedang minumnya tersedia susu putih, susu coklat, dan air tawar. Pagi yang sempurna. Pikir Qie.

"Um ... lezat sekali," gumam Qie ketika menikmati roti dagingnya.

"Mem ... mang, sangat enak," balas Bell dengan suara tidak jelas, antara mengunyah dan berbicara.

"Hei! Telan dulu, baru bicara. Itu menjijikan, Bell," tegur Michi mendapati Bell berbicara ketika sedang makan.

"Kau bilang apa?!" balas Bell yang telah sukses menelan rotinya.

FS1- Fantastic Magic [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang