25. Persiapan Menegangkan ✅

3.4K 306 14
                                    

Selamat membaca Fantastic Magic.
Perhatikan typo!

***

HUJAN turun begitu deras, semua kegiatan luar ruangan sementara diberhentikan. Arena pertarungan juga basah karenanya. Semua orang harap-harap cemas menanti hujan usai. Mereka takut jika penyihir hitam berulah lagi dan lagi.

Petir menyambar hingga menunjukkan kilatannya terang benderang. Hal itu membuat para siswa dan siswi terkejut. Mereka merasa belum siap untuk menghadapi peperangan. Tapi kembali lagi, siap tidak siap harus siap.

"Kenapa saat kita akan menyelinap hujan malah turun?" bisik Maeda pada pemuda di sampingnya.

"Entahlah, aku juga merasakan hawa tirani menekan kuat," balas pemuda bersurai pirang.

Tidak jauh dari tempat itu Qie menatap Ryu yang tengah menatap keluar jendela. Hawa tirani menguar dari sosok pemuda itu. Semua orang sampai bisa merasakannya.

Yuu memegang pundak kakaknya. "Bisa kau lebih tenang sedikit? Kau itu Putra Mahkota."

Ryu melihat adiknya, Yuu bisa lihat mata Ryu yang berubah menjadi emas. Sama seperti Qie kemarin, hal itu sudah biasa terjadi pada keluarga Takuzo. Keanehan tersebut turun-temurun dari Raja Takuzo dan pendahulunya.

Qie maju dan mengelus lengan Ryu. "Kakak ...."

Satu kata dari Qie tersebut mampu membuat hati Ryu meluluh dan tenang. Punya adik perempuan memang sangat menyenangkan. "Beruntungnya aku punya adik sepertimu."

Yuu langsung menatap tajam Ryu. "Aku juga adikmu."

"Tapi kau es."

"Terserah," balas Yuu sembari melenggang pergi.

Qie mengajak Ryu untuk bergabung dengan guardian lainnya. Namun ketika Qie baru saja duduk, dia mendengar suara di telinganya.

"Kujyo Qie ... ah, bukan. Haruskah aku memanggilmu Takuzo Qie? Aku akan menjemputmu besok. Pastikan kau tidak kabur ataupun bersembunyi. Siapapun yang menghalangi jalanku akan aku musnahkan! Kau paham, Ta-ku-zo Qie?" suara itu seolah memenuhi telinga Qie.

Qie sebenarnya merasa tidak asing sengan suara barusan. Hanya saja terdengar memekakkan telinga.

Gadis itu lantas menutup telinganya karena rasanya kepalanya akan pecah saking kuatnya suara tersebut. Haise yang bisa membaca pikiran tentu saja mendengar suara itu, walau tidak sejelas yang Qie dengar. Pemuda itu mendekati Qie dan mengusap punggungnya pelan.

"Qie?" panggil pemuda itu.

"Akh!" seru Qie kesakitan.

Semua guardian langsung panik karena Qie  bersikap aneh. Jeritan barusan terdengar memilukan. Padahal sebelumnya ia tidak pernah menjerit seperti itu.

"Qie!" panggil semua guardian.

Mereka mengelilingi Qie yang kini terbaring di pangkuan Haise.

"Jangan harap kau bisa lari, Tuan Putri."

"Diam! Diam! Enyah!" seru Qie yang menyita perhatian semua orang di ruangan itu.

Semua orang melihat hal itu langsung ketakutan. Bell berlari mendekati Qie diikuti Michi dan Etou. Mereka semua tampak panik melihat temannya kesakitan. Bahkan Bell dan Etou kini tengah menangis.

"Qie! Qie kau kenapa? Sadarlah!" teriak Bell dengan isak tangisnya. Gadis itu menggoyangkan tubuh Qie.

Michi berusaha menarik mundur Bell, tapi gadis itu menolak keras.

FS1- Fantastic Magic [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang