"Kai! Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri!" gertak Rahman, seorang guru pengawas yang terkenal galak dikalangan murid-murid.Dengan raut wajah yang santai, sosok yang disapa Kai tersebut hanya menoleh sekilas tanpa peduli terhadap gertakan guru tersebut dan tanpa rasa bersalah sama sekali dia tidak risau jika nantinya harus bermasalah lagi dengan guru tersebut.
Kai Gio Alvaro adalah salah satu siswa yang selalu membuat kegaduhan di sekolah. Bahkan pada saat upacara yang sakral ini, cara berpakaiannya sungguh tidak mencermikan siswa sekolahan malah lebih mendekati sebagai preman pasar. Baju putih yang seharusnya berada didalam celana, dia keluarkan. Rambutnya sudah panjang melewati batas yang telah ditentukan sekolah. Di pergelangan kedua tangannya dipenuhi gelang-gelang yang membuatnya benar-benar terlihat seperti pemberontak.
"Kai! Berdiri kamu!"
Kai mendecih, berdiri dari duduknya. "Kenapa Pak?" tanyanya dengan raut wajah yang dipasang seperti orang bodoh.
Rahman menatapnya sinis. "Kenapa kamu duduk sementara upacara masih berlangsung?" Pandangan Rahman beralih ke arah baju Kai, "Lalu, kenapa bajumu diluar? Rapikan!"
"Kalau saya tidak mau?" balas Kai enteng.
Sontak tangan Rahman terangkat ingin memukul siswa yang ada di hadapannya, namun dengan sigap Kai langsung menangkisnya.
Kai menatap gurunya tersebut dengan tajam. "Anda ingin bermain kasar? Baiklah akan saya layani."
Rahang Rahman mengeras, dia berteriak sambil menunjuk Kai, "Keluar kamu dari barisan!"
Kai hanya memutar bola mata, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu beranjak meninggalkan barisan. Keluarnya Kai dari barisan menimbulkan suasana tiba-tiba hening. Pandangan seluruh siswa tertuju kepadanya, ada yang menganggap itu keterlaluan, ada juga yang menganggap itu hiburan dan juga ada yang tidak peduli sama sekali. Bahkan guru hanya bisa geleng-geleng kepala dan mengelus dada melihat tingkah salah satu murid mereka.
Murid-murid mulai berhamburan mendekati kejadian dengan rasa penasaran. Tubuh Kai dan juga Rahman sontak dikelilingi siswa-siswi yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Beberapa siswa terlihat mencemooh.
"Gila! nekat sekali dia!"
"Apa dia sudah lupa statusnya?"
"Apa mereka akan berkelahi?"
"Sepertinya ini akan menyenangkan."
"Pukul aja pak! Siswa seperti itu tidak pantas dikasi hati!"
Begitulah kalimat-kalimat yang dikeluarkan dari beberapa siswa yang hanya ingin membuat suasana menjadi semakin panas.
Ketika siswa-siswi memilih berkerumun menyaksikan adegan itu, seorang siswi dengan rambut sepinggang lebih memilih terduduk di bawah pohon. Mengambil kesempatan untuk bersantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Sea
Teen FictionJatuh cinta padanya itu seperti mengagumi senja yang mengajarkan kita bahwa hidup tak selalu cemerlang dan bersinar Kisah ini berawal dari Senja yang berhasil mengambil hati seorang pria yang memiliki kepribadian ganda I Hope You Like:)) ©2018