13. Tiga Hati

141 15 2
                                    

Pagi hadir membawa sinar yang cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hadir membawa sinar yang cerah. Tubuh Kai yang terbaring di atas batu perlahan bergerak hingga mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya terasa kaku sekarang, semalaman dia habiskan waktu di atas batu bersama angin malam yang menusuk kulit.

Burung-burung yang terlihat menari-nari menyambut pandangannya. Satu lagi hal yang ia sukai dari pantai yaitu suasana damai di pagi hari. Dengan menatap burung, ombak, tumbuhan, juga senja sudah membuatnya merasa damai.

Kai bangkit. Meninggalkan batu yang menjadi tempat favoritnya lalu berjalan ke motornya yang terparkir tidak jauh dari tempatnya.

Hari ini tentu dia akan menjemput Senja. Seperti janjinya sebelum dia meninggalkan gadis itu semalam. Dengan langkah pasti dia kembali menuju apartemennya. Seperti dugaan yang tepat. Ayahnya sudah tidak ada di dalam apartemen itu. Dan lagi dia senang dengan hal itu.

Hanya butuh beberapa menit untuk bersiap-siap dan dia mulai kembali menuju motornya. Mengendarai kendaraan itu dengan laju santai. Terbangun terlalu pagi tentunya membuat dia tidak perlu merasa terburu-buru. Terlebih lagi Kai tahu perempuan akan butuh waktu yang cukup lama untuk bersiap-siap dibanding lelaki yang lebih santai dan cepat.

Ketika motor Kai itu mulai memasuki pekarangan sempit rumah Senja. Hezel keluar dengan pakaian kerjanya bersama Senja dengan seragam sekolahnya. Sangat tepat waktu.

"Senja berangkat duluan ya, yah." Senja mencium tangan ayahnya. Ritual pagi yang wajib. Kai juga melakukan hal yang sama.

"Hati-hati,"

"Siap bos,"

"Jangan bandel di sekolahan,"

"Siap lagi bos,"

"Belajar yang benar, jangan pacaran terus,"

"Si-,' perkataaan Senja terpotong. Gadis itu melongo sampai akhirnya ia menyadari ayahnya sedang menggoda dirinya dan Kai.

Senja menepuk jidat, "Sepertinya ayah mulai pikun,"

"O ya?"

Senja mengangguk, "Aku nggak punya pacar. Jadi nggak mungkin ngabisin waktu pacaran di sekolah,"

"Benarkah?" tanyanya menatap Kai.

Respon Kai membuat Senja kembali melongo. Bukannya membantunya meralat perkataan Hezel, Kai justru menampakkan ekspresi bahwa dia bisa mengatur waktu. Seolah mereka memang pacaran dan Kai berjanji tidak akan merusak sekolah mereka.

"Ayo berangkat." dengan wajah cemberut Senja sudah berada di atas motor. Lebih dulu dibanding Kai. Dan hal itu justru kembali membuat ayahnya menggoda dirinya.

❄❄❄

Entah mengapa, suasana pagi kali ini terasa benar-benar menyegarkan. Senyum manis terus terukir di sudut bibir Senja. Kai telah mengubah segala ambisi ilmu itu dengan sedikit santai. Kini Senja merasa tidak tertekan dengan tugas ataupun penghapalan rumus kimia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twilight SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang