Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lepasin dia," katanya dengan nada datar. Tatapannya pun datar. Susah ditebak. Entah dia sedang memikirkan apa.
Seisi kelas seketika beralih menatap Kai. Pria itu sama sekali tidak menghiraukan tatapan teman kelasnya. Dia masih fokus ke pria berambut kribo itu. Senja yang menjadi satu-satunya murid kelas IPA sungguh merasa sangat asing dengan suasana ini. Mereka memang masih satu sekolah tapi Senja tak pernah berada di antara mereka dalam satu ruangan dimana dirinya dijadikan pusat perhatian.
"Kenapa? Dia pacar lo?" tanya pria kribo itu dengan tatapan mengejek. "Nggak mungkin. Lagian mana ada gadis cantik yang mau sama pria aneh kayak lo!"
Perkataan itu benar-benar terlihat seperti hinaan untuk Kai tapi Kai tetap terlihat santai. Sampai pria itu mendekat ke arah Kai.
"Kenapa bungkam? Bukannya tadi lo mau jadi pahlawan?"
"Memang aneh. Wajar saja tidak ada anak-anak yang mau dekatin lo. Karena nyatanya lo ini hanya seperti bayangan yang numpang lewat."
"Gue mulai curiga. Lo ini masih punya keluarga apa nggak? Kalau lo punya, gue yakin lo itu hanya dianggap perusak nama baik keluarga lo itu. Sebagai anak aneh."
Perkataan demi perkataan itu berhasil membuat ekspresi datar Kai berubah. Keluarga. Satu hal yang sangat ia hindari kini disebut di hadapannya dengan menjatuhkan namanya. Kai tidak pernah merasa membuat nama baik keluarganya rusak karena memang dia sendiri tidak pernah dianggap dalam keluarganya.
Dan lagi, pria kribo itu berhasil membuat reaksi aneh tiba-tiba muncul di dalam tubuh Kai. Kaki dan tangannya terasa gemetar. Bibirnya memucat. Jika sudah seperti ini Kai selalu membutuhkan siraman air dingin namun percuma. Di kelas ini tidak ada air dingin.
"Haha... Apalagi yang akan kau lakukan? Membiarkannya menghina mu? Atau membuatnya semakin merendahkan mu?"
"Ayolah Kai. Kau ini bukan pria perusak."
"Mari kita bermain dengan pria itu. Memberinya sedikit pelajaran mungkin lebih baik."
"Aahhk!" tangan Kai perlahan terangkat, melayang ke udara lalu meninju wajah pria kribo itu tanpa ampun.
Serangan Kai terjadi secara tiba-tiba membuat pria kribo itu terkapar di bawah lantai. Bukan sekali tapi berkali-kali Kai terus memberinya bogem mentah. Suasana di kelas berubah ricuh. Teriakan histeris dari murid perempuan mengundang kelas lain berdatangan. Kini kelas itu dipenuhi para murid yang kepo. Terasa sempit namun Kai masih tidak menghiraukan semuanya.
Kai benar-benar mirip orang kesetanan. Senja yang melihat semua terjadi tepat di depan matanya sendiri jadi bungkam. Tubuhnya terasa sulit untuk bergerak. Baru kali ini Senja melihat pertengkaran seperti itu. Bukan pertengkaran tapi penyerangan. Sungguh, Senja jadi pusing karena itu. Hingga pak Rahman memasuki kelas itu dengan membawa sebatang kayu.