3. Mendekat

232 21 7
                                    

Sinar matahari dengan terangnya  membawa hawa terik panas bagi para penghuni bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari dengan terangnya  membawa hawa terik panas bagi para penghuni bumi. Suara hiruk pikuk kendaraan mulai beradu. Jalan di Ibu kota kian lama kian dipadati oleh kendaraan.

Senja, gadis itu sudah berada di dalam angkutan umum, salah satu kendaraan yang menjadi alat transportasinya untuk kemana-mana. Senja bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya, bukan pula dari keluarga miskin. Bisa dibilang ia berada pada keluarga menengah. Ayah Senja hanya seorang pegawai biasa di salah satu perusahaan swasta yang cukup terkenal.

Di rumahnya tidak ada mobil, hanya ada motor vespa keluaran lama_salah satu kendaraan favorit Senja. Ketika angkutan umum yang ia gunakan sudah berhenti di perempatan jalan menuju sekolahnya, Senja akhirnya mulai turun dari dalam angkutan itu sebab angkutan umum tidak boleh memasuki jalan yang menuju sekolahnya.

Hanya sekitar seratus meter dari tempatnya turun, Senja pun sudah bisa tiba di sekolah. Suasana pagi masih tergambar di sekolah itu, murid-murid yang datang baru sedikit. Bujang sekolah masih membersihkan taman depan.

Senja mulai melangkah memasuki sekolahnya. SMAN Nusa Bangsa, sekolah negeri yang termasuk unggul. Memiliki siswa-siswi dengan otak cerdas. Salah satunya adalah Senja.

"Selamat pagi Senja," sapa bujang sekolah itu kepada Senja.

Senja menoleh, memberikan senyum ramah ke bujang itu, "Pagi pak."

Senja memang dekat dengan bujang sekolah sebab dulunya Senja bisa dibilang murid dengan penghargaan siswa terlambat datang sekolah. Hal itu terjadi hanya di awal-awal memasuki sekolah itu saja. Penyebab utamanya karena ia menggunakan angkutan umum dengan lokasi rumahnya yang cukup jauh, dulu. Namun sekarang rumahnya sudah lumayan dekat dari sekolah.

"Perpustakaan udah dibuka nggak pak?" tanya Senja.

"Belum,"

Senja mendesah kecewa. Jika perpustakaan tertutup maka ia hanya bisa ke satu tempat yaitu taman. Setiap pagi, sebelum memasuki kelas, Senja memang lebih dulu membaca buku. Persiapan saja, agar jika sudah di kelas ia tidak perlu lagi terlalu fokus ke guru.

Gadis berambut sepinggang itu mulai melangkah memasuki taman depan sekolah. Tumbuhan hijau yang tumbuh subur di tempat itu membuat mata merasa nyaman memandangnya. Sekalian terapi mata dipagi hari boleh lah.

Mata Senja yang mulai mengabsen tempat duduk yang ada di taman tak sengaja menangkap sosok lain di tempat itu. Seorang siswa dengan pakaian rapi bersandar pada kursi kayu dengan kedua lubang telinga yang disumbat earphone serta buku bacaan yang menutupi wajahnya.

Senja pikir di sekolah ini hanya dia yang mencintai suasana tenang rupanya ada orang lain juga.

Tatapan Senja membulat ketika orang yang sedang ia tatap membalas tatapannya. Lelaki yang ada di kursi itu tak lagi menutupi wajahnya. Badanya yang tadi bersandar kini ia tegakkan. Otak Senja rasanya sedang tidak berfungsi ketika bola mata miliknya malah menerobos menatap bola mata yang ada di hadapannya.

Twilight SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang