Selamat membaca
Hari ini hari selasa itu berarti waktunya Indira kuliah pagi. Segera saja dia bangun dari tidurnya dan langsung menuju ke kamar mandi untuk ritual paginya.
Kuliahnya sekitar jam setengah sebelas dan sekarang sudah jam sembilan, mungkin nanti dia akan sarapan di kantin kampus saja.
Namun mungkin ini bukan hari keberuntungannya, karena setibanya di fakultas kampusnya dia disuguhi pemandangan yang membuat laparnya hilang seketika. Ketua BEM Fakultas nya.
“Kita rapat sebentar, gue tunggu di tempat biasa.“ ucap ketua BEM fakultas Indira tanpa basa-basi.
“Eh tapi kak, Indira ada kelas bentar lagi.“ jawab Indira sambil menggigit bibir bawahnya.
Sesungguhnya ketua nya ini tidak semenakutkan itu namun percayalah aura seorang yang benar-benar pemimpin itu membuat lawan bicaranya merasa ciut sekali.
“Jam berapa?“
“Kelasnya Dira jam setengah sebelas.“
“Ini masih jam setengah sepuluh Ra, masih sempat,“ setelah mengatakan itu dia pun langsung meninggalkan Indira sendirian.
Jujur saja sebenarnya dia tidak ingin ikut dalam rapat itu, karena Dira sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka nanti.
Yang ada malah Dira yang tidak bisa berkutik dalam rapat itu. Namun Dira tetap berjalan kearah tempat rapat tersebut dengan ogah-ogahan.
...
Rapat sedang berjalan sesuai dengan dugaan Dira tadi. Aura mencekam tidak bisa dihindari disini.
“Ratu, kenapa proposal belum juga nyebar ke perusahaan sama donatur? Gue udah bilang ini dari awal, kirim proposal minimal tiga bulan sebelum acara. Dan ini tinggal satu bulan dan lo sama sekali belum ngasih proposal ke perusahaan? Ngapain aja lo selama ini?“
“Gue kekurangan anggota Ga, gue cuman dikasih anggota tiga orang buat ngurus semua proposal itu. Menurut lo gue ga kalang kabut? Lagian yah kalau emang donatur ga ada yang mau ngasih karena keterlambatan proposal kita, gue bisa minta sama papa gue buat biayain acara kita kok. Santai aja lagi.“
Dan sebenarnya orang-orang seperti Ratu ini yang tidak Dira suka. Apa-apa mengandalkan uang orang tua, apa-apa bawa nama orang tua.
Begini ya, memang orang tuanya Ratu ini berkelebihan, namun harus begitu disetiap acara selalu bawa-bawa nama orang tuanya?
Kita ini kan sudah kuliah, sudah berkepala dua, kenapa apa-apa masih mengandalkan orang tua seperti anak TK.
Dira juga merasa heran kenapa Ratu ikut organisasi ini karena yang diperhatikan Dira selama ini, Ratu adalah sosok perempuan manja yang tidak bisa berkembang dalam organisasi.
“Itu bukan alasan Tu! Lo lihat dong Dira pas waktu acara kemarin, dia bisa handle walaupun waktu itu dia cuman bedua sama Oki.“
“Kok lo banding-bandingin gue sama Dira sih?“ tanya Ratu tidak terima.
“Gue ga membandingkan, gue cuman ngasih lo contoh lewat acara kemarin.“
“Yah tetep aja Ga, lo itu-“ belum sempat Ratu melanjutkan pembelaannya sebuah suara kecil namun tetap terdengar oleh semua yang berada didalam ruangan itu.
“Bunda!“ Semua pun menoleh ke asal suara tersebut.
“Bundaa!“
Indira yang merasa suara tersebut tepat berada disampingnya pun menoleh dengan wajah heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Suami
RomanceSekuel cerita MAS SUAMI dengan judul MBAK ISTRI bisa dibaca di akun penulis. Indira adalah gadis mandiri berusia 20 tahun, kini dia sedang berkuliah jurusan Ekonomi di salah satu Universitas swasta terkenal di Kota Malang. Dira panggilannya, dia seb...