Bab 6

161K 10K 139
                                    

Selamat Membaca














Pagi harinya Dira sudah bangun pagi-pagi sekali atau dengan kata lain gadis itu tidak tidur selama semalaman, sehabis pembicaraan dengan Azka di meja makan, laki-laki itu langsung menyuruh Dira untuk masuk kedalam kamarnya.

Namun kenyataannya saat sudah berada di dalam kamar dan berbaring dikasur empuk, matanya tidak kunjung tertutup juga.

Jadi Dira memutuskan untuk bermain ponsel lalu saat waktunya shubuh gadis itu langsung ngancir ke kamar mandi untuk menyelesaikan kewajibannya.

Dan setelah semuanya selesai, disinilah dia sekarang, di dapur bersama asisten rumah tangga Azka.

Sebenarnya mereka semua menolak saat Dira akan membantu, mereka takut jika tuan mereka akan marah.

Azka tidak pernah membawa pulang perempuan kedalam rumah ini kecuali ibu dan kakak perempuannya.

Namun dengan tiba-tiba saja Azka langsung membawa pulang Dira bahkan mengizinkan untuk menginap disini. Gadis itu pasti cukup spesial untuk Azka.

Namun Dira dengan segala kekeras kepalaannya memaksa mereka untuk membiarkan dirinya bekerja di dapur, seperti kata Azka tadi pagi dia akan mengasuh Daffa dan melayani laki-laki itu.

Bahkan sekarang gadis itu yang mengambil ali urusan memasak di dapur pagi ini. Mood nya cukup baik pagi ini walaupun dirinya tidak tidur semalaman.

“Makanan kesukaannya Pak Azka sama Daffa apa mbak?” tanya Dira saat melihat-lihat bahan masakan di kulkas khusus makanan.

“Tuan Azka kalau sarapan jarang makan nasi non, palingan juga cuman roti panggang sama kopi hitam. Kalau mas Daffa biasanya juga cuman makan biskuit sama susu nanti jam sekitar jam sepuluh baru makan nasi.” Jelas salah satu asisten rumah tangga Azka.

Dira mangut-mangut mengerti, tapi kalau sarapan hanya dengan roti dan biskuit mana kenyang? Dia biasanya selalu makan nasi jika sarapan, lagi pula bahan makanan di kulkas ini juga banyak, kenapa lebih memilih tidak sarapan.

“Saya masakin nasi aja ya mbak.” Mendengar ucapan Dira sontak saja ketiga asisten rumah tangga yang bertugas dibagian dapur itu menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan panik.

“Jangan non, nanti Tuan marah.”

“Nggak papa mbak, nanti saya yang tanggung jawab kalau pak Azka marah. Mbak-mbak ini tenang aja ya.” Dira berucap sambil tersenyum menenangkan yang sejujurnya tidak berefek apapun kepada ketiga asisten rumah tangga Azka.

Lalu sedetik kemudian Dira mulai mengeluarkan bahan-bahan yang akan dia masak untuk Azka dan juga Daffa.

Sedangkan ketiga asisten rumah tangga Azka hanya menyaksikan itu sambil harap-harap cemas takut Azka marah.

Karena melihat banyak nya bahan makanan di kulkas, Dira memutuskan untuk memasak sayur asem, ayam bumbu kuning, ikan goreng, tahu tempe dan pastinya kesukaan nya sambal terasi.

Perutnya saja sudah keroncongan membayangkan masakannya nanti.
Saat jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan, Azka dan Daffa turun dari lantai dua.

Setiap pagi memang sudah tugas Azka untuk membangunkan dan memandikan Daffa lalu mereka akan sarapan bersama sebelum Azka pergi bekerja.

Saat kakinya sudah menapaki meja makan, harum masak nasi membuat Azka merasa mual seketika.

Azka menurunkan Daffa di kursi yang biasa anak itu duduki lalu berteriak memanggil asisten yang bertugas di dapur.

“Mbak!” teriaknya dengan cukup keras yang membuat Daffa menatap ke arah sang papa penasaran.

Mas SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang