Bab 4

175K 10.8K 201
                                    

Selamat Membaca







Akhirnya mobil yang dikendarai Azka telah berhenti di depan sebuah rumah yang pagar rumahnya terbuat dari kayu jati tinggi.

Azka menekan klakson di mobilnya beberapa kali lalu kemudian pagar itu dibuka oleh seorang laki-laki yang Dira perkirakan adalah seorang satpam karena mereka berpakaian serba hitam.

Azka pun melajukan mobilnya untuk memasuki rumahnya, Dira benar-benar dibuat terkesima oleh halaman depan rumah Azka, indah sekali.

Jalan setapak dikelilingi pohon kanan dan kiri lalu setelahnya Dira melihat sebuah taman kecil dengan satu buah gazebo yang dikelilingi kolam, nyaman sekali pasti jika bisa bersantai disitu.

Mobil yang Dira tumpangi berhenti tepat di depan sebuah pintu yang besar, mungkin saja itu pintu utamanya.

Azka keluar dari mobil diikuti Dira setelahnya. Dan disana sudah ada sekitar empat orang yang sedang menunggu mereka dengan menundukkan kepalanya.

Azka berhenti di depan mereka kemudian berkata. “Tolong parkirkan mobil saya.” Tentu saja perintah Azka langsung dilaksanakan oleh satu dari empat orang tadi.

“Baik tuan.”

Setelahnya Azka langsung berjalan kembali untuk masuk kedalam rumahnya tanpa berniat beramah tamah kepada empat orang tadi.

Dira tidak langsung mengikuti langkah Azka, gadis itu malah memandang punggung Azka dengan pandangan tidak suka, arogan sekali.

“Terima kasih pak,” Dira berucap sambil menundukkan kepalanya sopan lalu berlari untuk mengikuti langkah Azka, kalau sampai ketinggalan kan bahaya kalau nyasar.

Dira berlari kecil memasuki rumah Azka sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, begitu terpesona dengan rumah mewah Azka.

Sampai-sampai tanpa Dira sadari Azka sudah berada didepannya yang membuat tubuhnya menabrak tubuh bagian depan Azka.

“Pak Azka kenapa ngagetin saya.” Dira berucap dengan kesal lalu kembali menolehkan kepalanya memutari isi bagian dalam rumah Azka.

“Kamu kenapa lama sekali?”

“Saya kan bilang makasih dulu sama bapak-bapak didepan tadi.”

“Kenapa harus bilang terima kasih?” Tanya Azka heran.

“Bapak kan tadi udah nyuruh-nyuruh tapi ga bilang makasih malah main pergi gitu aja.”

“Mereka saya bayar untuk melaksanakan perintah saya.”

Dira melihat Azka dengan pandangan kesal. “Saya kalau punya bos kayak bapak udah ngundurin diri duluan.” Gumamnya pelan namun ternyata Azka masih mendengar nya.

“Bilang apa kamu?”

“Nggak bilang apa-apa, katanya tadi Daffa pengen ketemu sama saya?” tanya Dira mencoba mengalihkan pembicaraan.

Azka menghela napas lelah sebelum berkata. “Ikut saya.” Lalu Azka membalikkan badan dan berjalan kelantai dua dimana kamar Daffa berada.

Azka dan Dira telah menaiki tangga terakhir untuk kelantai dua, dari sini mereka berdua sudah mendengar teriakan Daffa yang masih saja menangis dan suara pengasuh Daffa yang mencoba menenangkan nya.

Azka dan Dira berpandangan sebentar sebelum Azka meraih gagang pintu bercat putih itu lalu membukanya.

Daffa menghentikan tangisnya ketika melihat sang papa yang berdiri tegak didepan pintu kamarnya.

“Hey boy, you cry again?” tanya Azka tetap berada diposisinya.

Daffa melihat Azka dengan mata sembabnya jangan lupakan hidungnya yang memerah, mengusap kedua matanya dengan punggung tangan gembulnya sebelum membalas pertanyaan sang papa.

Mas SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang