Bab 5

170K 10.4K 142
                                    

Selamat Membaca















Perjalanan menuju ke rumah Azka hanya diisi keheningan karena baik Azka maupun Dira sepertinya tidak berniat untuk membuka suara setelah kejadian tadi.

Dira sibuk berpikir setelah malam ini kemana dia harus pergi sedangkan Azka kembali berpikir tentang ucapan yang keluar dari mulutnya tadi.

Sebenarnya Azka bisa saja membayar tunai melebihi orang yang baru saja mengambil alih kamar kos Dira tadi namun entah kenapa otaknya berpikir alangkah baiknya membawa Dira untuk kerumahnya.

Sesampainya dirumah Azka, Dira masih saja asik dengan lamunannya. Azka yang melihatnya menghela napas pelan, kini mobil yang dikendarai oleh Azka telah berhenti didepan pintu masuk rumahnya.

Melihat gadis disampingnya ini membuat rasa iba Azka keluar seketika, gadis ini sedari tadi tidak mengeluarkan reaksi yang sewajarnya saat kehilangan tempat tinggal seperti orang pada umumnya.

Dira tidak menangis ataupun memohon agar tetap diberi izin untuk tinggal malah gadis itu menerimanya dengan pasrah, dan yang lebih tidak dimengerti oleh Azka gadis itu masih bisa tersenyum kepada orang yang baru saja mengusirnya dari tempat tinggalnya.

“Kamu tidak mau turun?” tanya Azka karena sedari tadi Dira tidak juga menunjukkan kesadarannya malah makin asik dengan lamunanya.

“Ehh.. udah sampai pak?” ucap Dira gelagapan sambil menengok kanan kiri.

“Sudah satu menit yang lalu, kamu membuang waktu saya dengan percuma.” Azka berucap sambil membuka pintu bagian kemudi dan keluar meninggalkan Dira sendirian di dalam mobil.

Dira hanya melihatnya dengan sebal sebelum ikut turun dari mobil dan mengikuti langkah Azka yang berjalan masuk kedalam rumah.

Azka berhenti disebuah pintu yang Dira tebak adalah sebuah kamar.

“Ini kamar kamu, kamu boleh istirahat.” Saat Azka akan beranjak dari sana, Dira segera saja meraih ujung kaos yang dipakai oleh Azka yang membuat laki-laki itu berhenti melangkah.

Menatap tangan Dira yang masih menggenggam ujung kaosnya lalu kemudian memandang Dira dengan kedua alis ditautkan, Dira yang mengerti langsung saja melepaskan pegangannya dan berkata.

“Maaf pak.”

“Lupakan, ada apa?” kini Azka sepenuhnya menatap Dira dengan pandangan matanya yang tajam.

“Saya cuman mau bilang makasih karena udah baik sama saya.”

Mendengar ucapan itu Azka hanya memandang Dira dengan datar.

“Lalu?”

“Lalu apa pak?” tanya Dira heran.

“Kamu cuman mau ngucapin makasih?” Dira hanya menganggukkan kepalanya.

“Ini ga gratis.” Azka berucap lalu setelahnya langsung beranjak dari sana menuju ke kamarnya dilantai dua, meninggalkan Dira sendiri dengan kebingungannya.

“Maksudnya tadi ga gratis, aku harus bayar gitu?” gumam Dira sendiri lalu meraih kenop pintu dan masuk kedalam kamar sementaranya.

Malam sudah semakin larut, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua pagi namun mata Dira tak kunjung mau terpejam.

Bukan karena kasur diranjang ini tidak empuk tapi sedari tadi Dira terus berpikir bagaimana dirinya besok dan besok nya lagi.

Kemana dirinya akan tinggal? Mau sewa kamar kos lagi, uang yang sekarang dia punya hanya cukup untuk makan dan ongkos pergi kuliah. Mau meminjam nanti dia tidak bisa mengembalikan.

Mas SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang