Reason

6.2K 968 38
                                    

Kelopak matanya mengerjap sebelum terbuka dengan sayu.

Sehyun masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia menguap setelah itu mengusap matanya yang berair kemudian duduk bersandar pada headboard, tak lupa Sehyun menjunjung selimutnya sebatas dada. Seluruh tubuhnya terasa masih sangat lembab. Ia harusnya ingat, bukan hanya peluhnya yang menempel pada tubuhnya sendiri, tapi juga setiap tetes peluh Jungkook—beserta benih-benih pria itu.

Mengingat itu Sehyun membuka laci, mencari obat—yang sepertinya harus dikonsumsi dengan teratur mulai sekarang. Ia meneguk segelas air mineral hingga habis tak bersisa, lalu kembali meletakkan gelas itu di atas nakas—tepat di sampingnya. Sejenak ia terdiam, telinganya seperti menangkap suara gaduh yang berasal dari luar. Sehyun berpikir mungkin itu Jungkook.

Kelakuannya memang sulit diterima akal sehat. Sedang apa pria itu? Ia berharap Jungkook tak melakukan hal brutal pada pintu flatnya. Jadi, Sehyun memutuskan untuk keluar dari kamar dengan hanya mengenakan kaos dan celana pendek tanpa dalaman.

Jungkook menutup pintu dengan telak dan Sehyun menangkap seperti, pria itu telah berhasil melakukan sesuatu dengan mengerahkan tenanganya.

"Apa ada masalah dengan pintunya?" Tanya Sehyun berdiri tidak jauh dari tempat Jungkook berdiri.

Punggung Jungkook berbalik, Jungkook berjalan mendekati Sehyun, menangkup kedua pipinya sembari menatapnya lekat, "Kenapa tidurmu sebentar sekali, hm?"

"Aku seperti mendengar suara gaduh dari luar. Aku pikir kau mencoba merusak sesuatu atau berbuat macam-macam dalam apartemenku."

Jungkook tertawa geli yang dibuat-buat, "Tentu saja tidak, Sayang."

Sehyun mencoba melirik pintu apartemennya yang ditendang dengan keras, matanya membola, "Kau bohong padaku? Siapa di sana?"

Gelagapan, Jungkook menahan Sehyun yang hampir saja mendekati pintu—menghadang drngan tubuh kokohnya, "Sehyun, kau lupa kalau kita sudah melewatkan sarapan?"

"Di luar ada orang, pasti kau berbuat sesuatu."

Jungkook membuka bibirnya seraya berpikir, bola matanya bergerak-gerak mencari alasan. Ia tidak mungkin membiarkan Sehyun membuka pintu sementara dia hanya akan menyaksikan bagaimana Namjoon akan membawa kabur Sehyun saat itu juga.

Kepalanya jatuh menunduk menatap Sehyun yang lebih pendek darinya, seketika itu pandangannya tertuju pada dua titik yang begitu kontras tertangkap pengelihatannya, sangat jelas. Dua ujung bagian tubuh Sehyun yang tercetak jelas ketika ia mengenakan kaos tanpa bra.

"Ke mana bramu?"

Sehyun mengerjap, "Apa?"

"Kau akan menghadap laki-laki di luar sana dengan kaos polos tanpa dalaman?"

Saat itu juga tangan Sehyun menyusup, menyusuri tubuhnya sendiri. Ia lupa jika mengenakan kaos tanpa bra karena buru-buru menyusul Jungkook. Sepertinya Sehyun lebih Memilih menurut setelah mendengar seseorang di balik pintu sana adalah laki-laki. Lagi pula Sehyun tidak berpikir untuk keluar dan berdebat dengan orang yang belum ia temui di luar sana atau membuat gaduh yang akan membuat tetangganya marah-marah.

Berpikir mengenai itu lantas membuat Sehyun menutup dadanya sendiri, "Kau juga dilarang melihatnya!" Ucap Sehyun tatkala mendapati pandangan Jungkook tak lrpas dari sana.

Jungkook berdecih, "Aku mengerti. Tidak sekarang, Sehyun." Ia membalik badan Sehyun, merangkul pinggangnya kemudian berjalan beriringan ke dapur, "Apa menunya hari ini?"

"Tidak ada." Ketus Sehyun.

"Apa? Tidak ada? Yang benar saja. Aku ini tamu. Tamu harus mendapatkan jamuan istimewa." Keluhnya.

Sehyun menyikut perut Jungkook. Terasa keras saat otot perut itu mengenai sikunya. Sementara Jungkook mengaduh, Sehyun sibuk membuka kulkas. Mengambil beberapa bahan masakan yang akan ia olah dengan simpel. Ia tak tahu harus membuat makanan apa untuk Jungkook—kekasihnya. Hubungan mereka di masa lalu berjalan dengan cepat dengan tak membiarkan Sehyun tahu lebih banyak mengenai Jungkook; tentang apa saja yang Jungkook sukai dan tidak sukai.

Tapi Sehyun ingat, saat hari pertama mereka berkencan. Duduk di bangku taman berdua bersama Jungkook tanpa mendapat atensi dari banyak teman-temannya. Dengan senang hati, Sehyun membawakan bekal roti isi untuk Jungkook.

Masa-masa yang menyenangkan, jika ternyata seseorang yang kau sukai menerima cintamu. Waktu itu hubungan mereka berjalan dengan baik termasuk sikap Jungkook, itu terjadi selama sebelum banyak orang yang tahu hubungan mereka. Sampai akhirnya teman-teman Jungkook tahu semuanya tentang mereka, kemudian meracuni Jungkook, jika yang ia kencani selama ini hanya gadis buruk rupa. Mengolok-olok bahwa Jungkook sangat bodoh mau berkencan dengan dirinya. Semakin lama teman-temannya sendiri menghinanya, semakin membuat Jungkook gensi juga malu dan tentu saja marah.

Sehyun mengeluarkan roti dari dalam alat pemanggang. Mengingat dulu bukanlah kenangan yang indah, harusnya Sehyun membenci Jungkook sampai sekarang.

Rengkuhan lengan kekar melilit sekitar perutnya, rahang tegas Jungkook menempel persis pada bahunya. Sangat dekat sampai Sehyun bisa mendengar setiap tarikan napas Jungkook. Ada sesuatu yang tak baik, bekerja tidak hanya pada jantung Sehyun. Namun juga pada hatinya. Membuat dirinya sadar bahwa benci mampu berpaling dari menjadi sebuah rindu dan cinta.

"Aku mencintaimu, Sehyun." Bisik Jungkook.

Kali pertama Sehyun menunjukkan senyumnya lagi pada pria itu dari sejak awal mereka kembali dipertemukan, "Aku juga mencintaimu."

Itulah alasan, kenapa Sehyun mau menerima Jungkook lagi.

Alasan klasik seorang wanita, siapa yang kau cintai adalah yang tak bisa kau lupakan.

Sulit. Tentu saja dan Jeon Jungkook. Itu alasan Sehyun.

———

starbookdialy.

STUPID || JJK || KNJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang