Hurt

4.5K 723 46
                                    

Kau bisa menceritakan sebuah memori yang masih kau ingat. Tentang sebuah kisah yang telah berakhir, sebuah kisah yang tidak selalu berakhir manis dan tak semua orang yang menjalani kisah ini masih bisa hidup dengan baik-baik saja.

Yoon Sehyun. Salah satu wanita yang dengan bodohnya merusak hidup dan masa depannya sendiri dengan mempercayai orang yang salah.

Siapa yang tahu pria itu sungguh-sungguh mencintainya? Sehyun hanya seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Sebegitu ia menikmati sentuhan-sentuhan itu tanpa memikirkan akibatnya suatu hari nanti. Dan hari ini ia merasakannya.

Sehyun menatap lurus pada jendela yang terbuka, beberapa kali Sehyun sempat berkedip. Namun tak membuatnya tersadar dari pikirannya yang kosong.

Hampir satu minggu ini, tempat yang ia tiduri terasa lebih nyaman dari kasur rumah sakit—sejak ayahnya membawanya pulang. Keadaan putrinya tidak menunjukkan kemajuan atau bahkan semakin buruk. Semuanya stabil; banyak melamun, tidak banyak bicara, tidak banyak beraktivitas, bahkan senyum terlihat sangat mahal dari Sehyun.

Meskipun ini merupakan kabar buruk dan aib, harusnya orang tua Sehyun sudah menampar atau bahkan mengusir putri semata wayangnya itu. Tapi berpikir untuk yang kedua kalinya, jika kehidupan anak muda sekarang sangat bebas dan seenaknya sendiri. Harusnya mereka memberikan pengawasan lebih. Tidak hanya sekedar percaya. Tak menampik jika semua ini juga salah kedua orang tua Sehyun. Melihat kejadian yang dialami seperti ini seharusnya mereka tidak mengijinkan Sehyun menempuh pendidikan yang tempatnya jauh dari kota asal mereka.

Pintu kamar Sehyun terbuka, seseorang masuk dengan membawakan nampan dengan makanan di atasnya.

Sehyun hanya menengok sekilas. Itu ibunya. Dan Sehyun semakin beringsut menjauh, semakin memojokkan dirinya lalu bersandar pada dinding.

Benda empuk itu bergerak ketika wanita paruh baya itu ikut duduk di tepinya. Sehyun tahu ibunya tengah menatapnya dalam diam, ia sengaja menghindari tatapan ibunya dengan menghadap dinding tebal dingin berwarna putih miliknya.

"Makanlah. Kau tidak hanya harus bertahan untuk dirimu sendiri." Ibu Sehyun berhenti menatap Sehyun setelah itu, kemudian bangkit lalu berjalan ke pintu di mana ia masuk tadi.

Kenop pintu terbuka, wanita paruh baya itu berhenti sejenak. "Kau tahu. Di rumah ini ada dua wanita yang sama-sama gagal dalam menjalani perannya." Pintu tertutup kemudian.

Telinganya tidak tuli untuk mendengar dan memahami arti dari kalimat yang diucapkan ibunya. Sehyun tak berkedip, tapi kedua matanya yang memanas dan berair kembali meloloskan lacrima dari sana. Bahunya bergetar—menangis—merasa bersalah.

Ayahnya berkata Jungkook sudah dipenjarakan. Apakah dengan begini Sehyun akan hidup tenang, apakah ia bisa bahagia dengan menghukum orang lain?

Ya, mungkin Jungkook pantas mendapatkan hukuman itu. Tapi setitik rasa di dalam hatinya masih ada cinta untuk Jungkook. Seperti kertas putih dengan tetesan tinta kecil berwarna hitam. Kau bisa melihat,  Sehyun dominan dengan warna putihnya dan titik hitam kecil adalah milik Jungkook.

———

Putus pendidikan karena hal sepele membuatnya nampak bodoh. Dan orang-orang di sekitarnya akan berpikir demikian—bahkan lebih buruk—dengan janin yang ia kandung akibat kesalahannya.

Berpikir bagaimana untuk menyembunyikan perkara ini—setelah Jungkook berhasil disingkirkan. Ayah Sehyun nekat mengambil keputusan, alasannya bukan hanya demi menjaga nama keluarga dan harga diri Sehyun sendiri. Orang tua Sehyun pikir putri semata wayangnya membutuhkan figur seorang pria yang bisa diandalkan untuk menjaganya. Sebab tidak mungkin jika orang tua Sehyun hidup selamanya untuk menjaga putrinya.

Mendapati perubahan drastis sikap Sehyun pasca kejadian itu, Sehyun jadi tak memperhatikan dirinya sendiri, cenderung acuh dan bergerak lambat. Itu kenapa orang tua Sehyun menjodohkannya. Dengan seorang pria yang mengenal Sehyun dengan baik, seorang pria yang dapat diandalkan untuk menggantikan posisi kedua orang tuanya dalam menjaga Sehyun.

Namjoon. Kim Namjoon.

Seorang pria yang diyakini adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisi Jungkook.

Itu yang orang tua Sehyun pikirkan. Sementara Sehyun hanya diam—tak menolak atau menerima.

Sehyun sadar sepenuhnya atas keputusan yang ayahnya ambil atas perjodohan ini. Tapi ia hanya diam. Ia tak menyangka akan terjadi seperti ini. Alih-alih ia ingin sendiri terlebih dahulu tak peduli kondisinya yang sedang mengandung sebelum menikah. Sehyun ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya. Sehyun mau, ketika ia mengalami masalah seperti ini, masalah yang melukai hatinya atau harga dirinya sekalipun. Yang ia butuhkan adalah ayah dan ibunya untuk mengobati lukanya, memberinya dukungan penuh, menemaninya. Bukankah keluarga adalah sumber kebahagiaan dan tempat untuk bersandar ketika lelah?

Sehyun menghela napasnya. Sejujurnya Sehyun merasa marah daripada diam bak orang yang depresi.

Perjodohan ini adalah kesempatan bagi orang tua Sehyun berhenti menjadi penanggung jawab Yoon Sehyun. Pikir Sehyun.

Benarkah kedua orang tuanya semalu ini?

Sehyun mencengkeram rok panjang yang ia pakai. Seberapa besar orang tuanya sendiri menganggap dirinya sebagai aib?

Pemikiran antara orang tua dan anak yang sangat berbeda. Ketika ayah ibu Sehyun berharap seorang pria mampu membimbingnya, menjadi seorang istri dan ibu yang baik. Sehyun justru berpikir ia dibuang karena tak sanggup menahan beban malu.

Kedua kalinya Sehyun merasa dikecewakan.

"Permisi." Sehyun bangkit di tengah-tengah acara pertemuan keluarganya dengan keluarga Namjoon.

Sontak semua orang mengalihkan perhatiannya pada Sehyun. Tentu saja begitu  kentara jika Sehyun tak baik-baik saja, kendati air matanya tak sempat jatuh di hadapan semua orang.

Meskipun begitu, perjodohan ini tak berarti dibatalkan.

———

Luv,
starbookdialy.

STUPID || JJK || KNJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang