Complicated

2K 358 30
                                    

Sehyun menutup pintu apartemennya setelah itu berjalan menuju pantry dan meletakkan sedikit belanjaannya di sana. Ia berhenti barang sejenak untuk mengatur napas. Tak pernah ia merasa selelah ini, perlahan ia menyadari lalu mengusap perutnya.

Suara ponsel berbunyi dari dalam kamar dan ia masih bisa mendengarnya, Sehyun menghela napas lalu berjalan ke sana. Ia mengambil benda itu dan menyadari suaminya menghubunginya, Sehyun memejamkan mata sesaat. Haruskah ia mengangkatnya atau tidak, ia begitu dingin pada Namjoon. Jadi, Sehyun memutuskan untuk melempar ponsel itu di atas ranjang lagi hingga deringannya berhenti dengan sendirinya.

Ia kembali ke dapur, membongkar isi tas belanjaannya untuk mengambil sekotak susu yang ia beli, kemudian ia melarutkan bubuk putih itu ke dalam air hangat beberapa sendok sebelum meminumnya.

Tak berapa lama setelah itu terdengar seolah seseorang menekan tombol-tombol kode pintu apartemennya. Sehyun menengok ke sana dan seorang wanita paruh baya dengan senyum sumringah menghampirinya.

"Sayang," sapanya, ia melihat Sehyun meminum susu khusus untuknya seraya berdecak senang. "Kau begitu memperhatian kehamilanmu, itu bagus."

Sehyun tersenyum ringan kemudian meletakkan segelas susunya yang bahkan belum habis. "I-bu, ada apa kemari?"

Wanita rambut pendek itu melirik Sehyun. "Tentu saja mengunjungi kalian." Begitu ucapnya padahal baru beberapa hari lalu ia dan suaminya datang kemari untuk menengok menantu dan juga Namjoon putra mereka.

"Kau habis dari luar, Sayang?" tanya ibu mertuanya lagi.

"I-iya."

"Sendiri?" Ibu mertuanya menginterupsi Sehyun dan wanita itu hanya diam sebagai jawaban iya—begitu kira-kira.

"Kenapa kau turun sendiri? Minta tolong Namjoon untuk membelikan sesuatu untukmu ketika dia pulang kerja nanti, kau tidak harus berjalan keluar dan belanja sendiri. Kalau sampai kau kelelahan bisa bahaya, kandunganmu masih muda, Sehyun."

Wanita berumur dua puluh dua tahun itu mendengarkan ocehan mertua yang terlalu baik hati padanya. "Ibu terlalu khawatir, aku merasa sehat bisa sedikit bergerak."

Ibu Namjoon mencibir Sehyun berpura-pura kesal. "Apa kau hanya mendengarkan kata-kata suamimu, hm?" wanita itu tertawa ringan sembari mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkas ke atas meja. Sementara Sehyun tersenyum simpul dan perlahan luntur dari bibirnya.

Andai ibu mertuanya tahu, Sehyun sangat ingin mengatakan bahwa ia sama sekali tidak mencintai putranya.

"Suamimu pulang jam berapa, Sayang?" tanya mertuanya tiba-tiba membuyarkan lamunan Sehyun.

Ia gelagapan seraya berpikir. "M-mungkin larut malam—entahlah."

"Apa kalian tidak ada rencana hari ini?" wanita itu terus berkutat di dapurnya membuat sesuatu. "Tunggu, apa kalian bertengkar?"

Sehyun membuka bibirnya sesaat, kebohongan apa lagi yang harus ia katakan pada mertuanya? Alih-alih menjawab pertanyaan ibu Namjoon, ia malah membatin, kenapa wanita itu terus bertanya padanya.

"Jangan sesensitif itu, Sehyun. Kalian sering bertengkar dan marah dengannya itu juga tidak bagus untuk janinmu." nasehatnya.

Sehyun mengangguk-angguk kemudian seraya tersenyum ringan. "Ibu, benar." gumamnya.

"Ibu akan masak untuk makan siangmu, kau juga bisa menghangatkannya nanti untuk Namjoon. Kau harus banyak belajar memasak, karena kalian sudah berkeluarga bahkan akan memiliki anak, tidak baik jika terus-menerus membeli makanan diluar. Pengeluaran kalian bisa semakin membengkak."

STUPID || JJK || KNJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang