Stay

8.5K 1K 70
                                    

Warn!
NamJin, BL, AU. Fiction.
Short Fiction.

.
.
.

"Jin? Seokjin?"

Namjoon berjalan menyusuri lantai apartemen tempatnya dan Seokjin, kekasihnya, tinggal bersama. Namjoon baru saja kembali dari kantor agensi tempatnya bekerja dan biasanya dia akan melihat Seokjin di ruang depan atau di dapur namun kali ini Seokjin tidak terlihat di manapun.

Namjoon berhenti di depan pintu kamar mereka kemudian mengintip ke dalam, "Jin?"

Seokjin tetap tidak ada di sana dan ini membuat Namjoon terdiam. Seokjin bilang dia tidak ingin keluar rumah hari ini, Seokjin itu seorang penyanyi solo yang cukup terkenal, dan karena Seokjin kurang suka dikerumuni banyak orang sendirian, Seokjin hampir tidak pernah keluar rumah tanpa Namjoon atau manajernya. Makanya tiap dia ingin pergi, dia pasti akan meminta Namjoon menemaninya dan Namjoon tidak akan pernah menolak.

Namjoon menutup pintu kamar mereka dan menatap sekitar, jika Seokjin tidak ada di kamar, dan dia tidak keluar apartemen, berarti hanya ada satu ruang tertutup lainnya yang kemungkinan didiami Seokjin.

Itu adalah ruang studio Namjoon.

Namjoon adalah seorang produser dan pencipta lagu, namun jika kalian berpikir kesamaan pekerjaan adalah apa yang menyatukan Namjoon dan Seokjin, maka kalian salah. Mereka sudah bersama bahkan sejak Namjoon masih menjadi underground rapper di masa high school mereka. Namjoon adalah orang yang meyakinkan Seokjin untuk mengikuti audisi di sebuah agensi hingga diterima, namun ternyata agensi itu juga menawarkan pekerjaan pada Namjoon dan mereka berakhir bekerja di agensi yang sama.

Kaki Namjoon melangkah menuju studionya kemudian mengetuk pintunya, "Sayang? Kau di sini?" Namjoon tidak mendengar balasan hingga akhirnya dia membuka sedikit pintu studionya, "Jinseok?"

Seokjin, yang ternyata memang berada di dalam studio menoleh ke arah Namjoon. Namjoon mengerutkan dahinya saat melihat posisi Seokjin yang duduk di kursinya dengan raut wajah murung.

"Sweetheart?" Namjoon berjalan cepat menghampiri Seokjin dan membungkuk di hadapannya agar wajahnya sejajar dengan wajah Seokijin. "Ada masalah?"

Seokjin masih cemberut, dia menatap Namjoon dengan wajah sedihnya dan Namjoon bersumpah dia paling lemah melihat wajah sedih ataupun merajuk Seokjin.

"Kenapa?" Namjoon bertanya lagi.

Seokjin menghela napas, "Aku merasa ada yang salah dengan suaraku." Seokjin meraih tangan Namjoon kemudian memainkan jemari Namjoon di atas pangkuannya. "Padahal besok rehearsal untuk award show tapi aku malah merasa seperti ini." Seokjin mengangkat pandangannya untuk menatap Namjoon, "Bagaimana jika penampilanku jelek?"

Namjoon tersenyum, "Tentu saja tidak, kau akan baik-baik saja. Apa yang salah dari suaramu? Tenggorokanmu sedang sakit?"

Seokjin menggeleng dan menunduk lagi, lebih memilih untuk menatap jemari Namjoon. "Tidak tahu, aku hanya.." Seokjin mengangkat bahunya kemudian menghela napas pelan. "Entahlah, aku hanya merasa aku tidak cukup baik."

Namjoon menunduk untuk menatap jarinya yang sedang ditarik-tarik oleh Seokjin. Jika sedang gugup atau bingung, Seokjin akan memainkan sesuatu di antara jarinya dan kali ini jemari Namjoon adalah 'mainan'nya. "Kenapa kau merasa seperti itu? Kau tahu kau tidak seperti itu."

DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang