TM#05

11.4K 1.4K 33
                                    

Selamat datang, permaisuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang, permaisuri

••••

Bus akhirnya berhenti tepat di sebuah pos perkampungan. semua orang lantas bergegas turun sambil merenggangkan otot-otot mereka.

"Ah, sejuknya!" desah Dewi sembari merentangkan kedua tangannya menghirup udara yang sangat segar. "Sumpah, aku kangen banget sama suasana pedesaan.."

Risa menatap wajah Dewi yang terlihat sendu, penuh pancaran kerinduan. Tidak memungkiri jika dirinya pun juga sangat merindukan keluarga serta suasana dikampung. Jauh dari keluarga membuat Risa tersiksa akan kerinduan.

"Ayo kita kesana.."

Semua orang berkumpul dan kembali berbaris mengikuti arahan dari para panitia.

Kening Risa mengerut ketika melihat ada beberapa orang yang ia yakini adalah warga di perkampungan ini. Tampak warga tersebut seperti tidak menyukai kedatangan mereka di tempat mereka.

"Mau apa kalian ke sini?" tanya salah satu dari mereka. Seorang pria tua yang membawa cangkul dipundaknya.

Para murid langsung terdiam sembari melirik panitia. Samudra akhirnya bergerak maju—menghampiri warga dengan ditemani oleh beberapa temannya.

Samudra berdehem. "Maaf sebelumnya pak. Maksud kedatangan kami di desa ini hanya untuk menyelenggarakan kegiatan Outdoor dari sekolah kami." ucap Samudra dengan sopan.

Terlihat kening mereka mengerut dan saling melempar pandang satu sama lain.

"Maksudnya apa? kegiatan seperti apa?"

"Perkemahan, Pak. Kami ingin membangun tenda di dalam hutan itu.." tunjuk Samudra pada sebuah hutan yang terkesan sangat angker.

Para warga seketika melangkah mundur dengan memasang raut terkejut. "Jangan kesana!" cegah bapak itu tegas. Membuat murid jadi mulai penasaran.

"Kenapa pak?" tanya Nathan, selaku panitia dan teman kelas Samudra.

Wajah bapak itu tampak ketakutan. "Begini, nak. Hutan itu sangat angker dan bahaya untuk kalian. Hutan itu sudah banyak menelan korban. Jika kalian sampai nekad masuk, maka jangan harap kalian akan keluar. Konon di dalam sana, ada sosok penghuni hutan itu. Kami, para warga di desa ini bahkan tidak berani mendekat. Jadi kami sarankan kalian tidak usah pernah ke sana. Lebih baik kalian cari tempat lain saja." jelas bapak itu serius.

Semua murid seketika heboh dan panik. mereka ketakutan. bahkan ada yang sampai gemetaran.

Tidak terkecuali Risa yang ikut meremang kala mendengar penjelasan dari warga itu. Walau ia sudah tahu namun tetap saja ia ikut merinding.

Sejenak Risa terpaku menatap hutan tersebut. seolah ada magnet yang menarik dirinya untuk segera masuk ke sana.

~Kemarilah...
Aku menunggumu~

Suara seperti bisikan lirih yang terbawa oleh hembusan angin menyeruak ke telinga Risa.

"Suara itu lagi.." gumam Risa dengan pelan. Ia sungguh bingung sekaligus takut. Risa semakin tidak berniat untuk pergi ke tempat itu. Apalagi setelah mendengar keterangan dari para warga. Membuat nyalinya menciut.

"Ris, kita pulang yuk. Aku takut banget, sumpah. Gimana kalau nanti kita sampai mati?" Dewi meremang mendengar ucapnya sendiri.

Risa memutar bola mata, memandang sekilas ke arah sahabatnya. "Kan udah aku bilang, lebih baik kita gak usah ikut. kamu sih ngotot banget.." sinisnya.

Dewi hanya menyengir garing. "Risa, sayang. Mana aku tau kalau kampung ini angker. aku kan cuman bayangin seperti yang ada di TV." ujar Dewi tidak terima.

Risa mengendus malas.

"terserah," ketusnya. Namun matanya terus melirik ke hutan itu seperti ada sosok yang melambai kearah dirinya.

 Namun matanya terus melirik ke hutan itu seperti ada sosok yang melambai kearah dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Bersambung..
see you

Terikat Mati [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang