TM#07

10.2K 1.3K 39
                                    

Wanita tua pembawa pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita tua pembawa pesan

•••

"Kenapa nenek itu menatapku?" batin Risa bingung. Merasa gelisah ketika nenek itu masih menatapnya intens.

Dewi menyenggol lengannya pelan membuat ia menoleh kesamping. "Risa, perasaan aku saja atau memang nenek itu menatapmu?" tanya Dewi berbisik. Sesekali melirik nenek itu.

Risa menelan ludah. "Sepertinya nenek itu memang menatapku. Tapi kenapa ya?"

Seketika Dewi menatap Risa penuh intimidasi. Membuat Risa menaikkan sebelah alisnya bingung melihat tingkah aneh temannya.

"kamu kenapa lihat aku kayak gitu?"

Mata Dewi semakin menyipit. "jangan-jangan..."

Risa berdecak, ia mendorong wajah Dewi pelan. "Apaan sih? Jangan bikin aku takut dong.."

"Jangan-jangan kamu ratu kegelapan yang dibilang nenek tua tadi?" tunduh Dewi.

Seketika Risa menepis tangan Dewi yang berada di depan wajahnya. Ia lalu berdecak kesal sambil memutar bola mata malas.  "jangan ngaur deh."

"Ish. Risa, sayang. kan siapa tau." ujar Dewi mengedikkan bahu. Lalu kemudian dia kembali berucap. "Tapi gak mungkin juga sih, secara kamu—"

"Apa?"

"Gak cocok jadi ratu. Dilihat dari penampilan kamu saja, gak memungkinkan banget.." ejek Dewi berhasil menohok perasaan Risa.

Risa memang dikenal sebagai gadis sederhana dan kurang bergaul. Dari penampilannya saja sudah membuat orang-orang tahu jika dia adalah gadis kampungan dan tidak mengerti fashion.

“Sialan!” umpat Risa kesal.

Dewi menyengir renyah. “Canda kali. Serius amat sih!”

Risa mendengus jengah. Ia kembali menatap ke depan, di mana nenek itu berjalan memasuki hutan dengan jalur yang berbeda tanpa ada rasa takut sedikitpun. Risa dan Dewi sampai merinding melihatnya.

“Memang pada dasarnya nenek-nenek sangat menakutkan, yah..”

Setelah kepergian nenek itu. Samudra kembali berbalik, menghadap mereka.

“BAIKLAH TEMAN-TEMAN! Hiraukan candaan nenek itu tadi, anggap saja angin lalu. Sekarang, mari kita masuk!” ujar Samudra menyuruh mereka untuk kembali melangkah.

“Tapi kak, bagaimana kalau ucapan nenek itu benar?” tanya seorang siswa seangkatan Risa.

Samudra mendelik tajam. Dia berjalan mengampiri adik kelasnya. “Itu gak akan terjadi. Sekolah kita sudah sering mengadakan acara perkemahan dan semua baik baik saja!" bentak pria itu kasar. "Sekali lagi aku tekankan kalau kita semua akan baik baik saja. Kalian gak perlu takut!”

“Baik, kak..” patuh mereka pasrah.

Akhirnya mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka dan mulai memasuki gerbang hutan itu.

Dan tanpa disadari. Jika dari arah kejauhan, ada sepasang mata—menatap mereka dengan tatapan tajam. Hingga tidak lama muncul seringai di sudut bibirnya.

“Bagus, teruslah melangkah. Kebangkitan akan terjadi. Tidak lama lagi! Tidak lama lagi! Hahaha!”

Lalu sosok itu pergi dibalik kabut asap hitam. Terbawa masuk kedalam hutan hingga menghilang disertai oleh embusan angin kencang.

 Terbawa masuk kedalam hutan hingga menghilang disertai oleh embusan angin kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















[TBC]
Follow Alyccaca

Terikat Mati [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang