A Novel Misteri and Romance.
High Rank#2 in Misteri/Thriller
Ketika hati telah terikat mati, maka raga pun akan ikut terbelenggu.
"Selamat datang, permaisuri!"
______
Copyright by @ALYCCACA
Tidak untuk di tulis ulang. Hak cipta berada di tangan penu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Merasakan kehadirannya
••••
Mereka semua telah memasuki hutan terlarang itu. Memang aura di hutan sangat berbeda dengan aura di luar hutan. Pertama kali menginjakkan kaki di sini sudah membuat mereka merinding tidak ketuluan.
Risa meremang, merasakan hawa dingin terus menyelimuti, seolah ada sosok yang tengah merengkuh dirinya dengan penuh kerinduan.
Mata Risa spontan terpejam merasakan usapan lembut pada tengkuknya. Usapan yang membawa ketenangan serta kedamaian. Risa kembali membuka mata. Ia melirik ke belakang namun tidak ada siapa-siapa disana. Mengingat semua orang ada didepan.
Ah, mungkin hanya perasaannya saja. Risa menggeleng berusaha menghilangkan pikiran konyolnya itu. Ia harus tetap berfikiran positif.
Namun saat Risa kembali merasakan hawa dingin sejuk menyerbu kulitnya, mendadak segala pikiran positif langsung terpecahkan.
Sesak.
Lagi-lagi itulah yang di rasakan Risa. Ia tidak mengerti. Seperti teka-teki. Membuatnya pusing memikirkan semua keanehan itu.
"Baiklah teman-teman. Kurasa ini tempat yang cocok untuk membangun tenda.." ucap Samudra mengumumkan.
Semua orang berhenti. Tempat ini memang sangat cocok untuk berkemah. Lahannya lumayan luas dan tidak ada tanaman. Di atasnya hanya ada helaian dedaunan yang berjatuhan.
Terlihat semua orang mulai sibuk membangun tenda mereka masing-masing. Sebenarnya Samudra ingin tempat yang lebih dalam lagi namun karena rengekan manja dari para junior maka dengan terpaksa Samudra menyetujuinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Kalian beristirahatlah sejenak. Malam nanti kita akan membuat api unggun!” ujar Samudra.
Seketika terdengar suara riuh dari para siswa. Mereka bersorak gembira mengabaikan suatu kejadian buruk yang akan menghampiri mereka nanti.
Risa hanya berdoa semoga apa yang di katakan para warga dan nenek tua tadi tidak akan benar-benar terjadi.
Semoga semua orang akan baik-baik saja dan dapat pulang kerumah dengan selamat.
Ya.. Semoga saja..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam akhirnya tiba. Semua orang berkumpul mengelilingi api unggun yang lumayan besar dan dapat menyejukkan suhu tubuh yang dingin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka duduk membentuk lingkaran besar—menikmati suasana yang tercipta. Bahkan para junior mulai melancarkan aksinya. Tidak segan-segan mereka menggoda senior terutama Samudra yang menjadi target utama murid perempuan.
Mereka dengan antusias menyuruh sang ketua untuk bernyanyi sambil bermain gitar. Dan tentu Samudra menyetujui, membuat para siswi menjerit senang.
Semuanya tampak menikmati malam pertama perkemahan mereka. Namun berbeda dengan Risa, pikirannya malah terus tertuju pada ucapan nenek itu. Dimana dia mengatakan jika hari pertama semuanya akan berjalan normal persis seperti yang mereka lakukan sekarang. Semuanya aman-aman saja.
Hal itulah yang membuat Risa benar-benar dilanda kegelisahan. Ia takut jika dirinya dan Dewi sampai kenapa-kenapa di dalam hutan ini.
Risa termenung murung saat bayangan keluarga dikampung melintas di otaknya. Ia rindu mereka yang ada di kampung sana. Risa merasa jika dirinya semakin jauh dari mereka.
Entah mengapa hatinya terus merasakan hampa. Dirinya seolah di kendalikan. Risa tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya ia ingin segera pulang dan kembali melakukan aktivitasnya semula.
Namun sayang, pikiran dan hatinya saling bertolak belakang. Hatinya malah mengatakan jika inilah rumah yang sebenarnya, inilah tempat ia berpulang. Selamanya.
Sebenarnya apa yang terjadi padaku?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.