[ pangeran bergitar;ii ]
Selalu saja, entah mengapa aku tak lengkap jika tak menceritakan pangeran bergitar. Dihari yang sama tetapi dibulan yang berbeda. Aku bertemu dirinya, masih setia dengan gitar dengan tanda tangan miliknya sendiri.
Dilihat dari wajahnya, bahagia. Maka diriku berani mendekat. Bercengkrama santai? jangan mimpi. Diriku hanya melihat sebatas anak tangga dan lapangan sekolah. Berfikir bahwa aku duduk disamping nya dan bernyanyi bersama. Mungkin saja, tetapi saat ini tidak dulu lah.
Iya, sampai aku lupa kan. Dirinya bernyanyi bersama teman yang lainnya. Kali ini bernyanyi "berpisah itu mudah". Lagu itu juga, yang mengikis jarak diantara kita. Memutuskan untuk berpisah–katanya harus saling melupa, tapi diriku mengenang dengan sepihak. Jangan harap bersama lagi, dirinya sudah berkata benci dengan cinta dan tak ingin mencoba nya lagi. Oh trauma, tawaku.
–nes
KAMU SEDANG MEMBACA
TODAY(END)
PoetryPerasaan hati yang dituangkan dalam tulisan Tidak hanya puisi yang berbentuk ilusi Tetapi, kata yang tak sanggup diucapkan juga -nes