nothin 6

19.9K 45 0
                                    

Danyang-gun, Chungcheong- buk, South Korea. 17.05 KST.

"Tolong... Lep-as.. Lepasskan ini.. Aakhh!!" gadis ini menjerit kecil, kemudian menggigiti bibir bawahnya kuat, mencoba meredam lenguhan dan desahan menjijikkan yang bisa saja lolos dari bibirnya jika ia tak menahannya.

Ia memutar matanya, mengerjap cepat. Pandangannya kabur. Seluruh isi ruang kamar yang hampir setengahnya didominasi kaca berukuran 10×10 meter ini serasa berputar mengelilinginya. Tak ada satu objek pun yang terlihat jelas tertangkap matanya yang tak dapat membuka seluruhnya, bengkak akibat terlalu sering mengeluarkan air mata. Ia mencoba lepas dari penderitaan ini, tapi ia tak bisa melakukannya. Untuk sekedar berbaring dengan nyaman pun ia tak bisa.

Gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Tangan dan kakinya terikat di tiap-tiap sudut ranjang bertype king size itu kencang. Tangannya dibentangkan ke kiri dan kanan, membuat simpul mati yang sudah tentu tak akan bisa ia lepaskan sendirian. Sementara kedua kakinya sengaja diikat dengan posisi mengarah keatas, mengikatnya di tiap-tiap ujung tiang penyangga kelambu yang dibiarkan terbuka begitu saja.

Ia tak mengenakan sehelai pakaian pun di tubuhnya yang penuh lebam kebiruan dan bekas luka goresan di beberapa bagian. Gadis itu terus meronta memohon untuk dilepaskan. Kakinya menjejak tak beraturan, berharap sebuah vibrator berukuran cukup besar yang menancap di tubuhnya bisa terlepas. Tapi semua usahanya sia-sia. Benda nista itu bukannya terlepas, tapi malah semakin jauh melesak ke dalam tubuhnya.

Seseorang mengawasi gerak-gerik gadis itu. Pria berambut pirang sebahu yang merebahkan tubuhnya di sofa beludru besar berwarna cokelat itu menghisap rokok ditangannya pelan, tidak bereaksi sedikitpun mengingat gadis tadi masih mencoba memohon kepadanya untuk dilepaskan. Setidaknya, membiarkannya bebas dari benda pemuas sex itu barang sebentar.

Pria ini, Lee Taemin, menghela napasnya berat, kemudian mematikan rokoknya. Ia mengalihkan pandangannya yang semula melihat matahari yang hampir tenggelam lewat jendela besar di ruangan itu untuk kemudian menatap gadis cantik yang ada di ranjang pesakitannya tadi.

Taemin mengusap wajah penuh peluhnya kasar, matanya masih mengawasi gadis itu. "Berhentilah bergerak, Baby. Kau bisa tambah menderita nanti," ujarnya lembut, suara rendah yang berat dan serak, sedikit mengingatkan gadis itu pada seseorang yang dirindukannya beberapa waktu ini.

Gadis itu menangis tanpa suara. Tidak banyak air mata yang mengalir di pipinya yang tirus. Taemin yang tahu gadis itu sedang menangis dalam diam kemudian menghampirinya. Dengan lembut duduk di samping tubuh polos gadis itu yang terlihat mengenaskan jika dilihat dari sudut manapun.

"Ssttt... Jangan menangis, Baby," Taemin mengusap rambut panjang berantakan itu lembut, kemudian beralih menyeka air mata gadis itu. "Kau tidak akan semenderita ini jika kau bersamaku lebih dulu dan bukannya bersama bajingan itu,"

Gadis itu memberanikan diri menatap Taemin. "Tolong.. Kumohon.. Lepaskan.." pintanya seperti berbisik di telinga Taemin.

Taemin menyeringai puas. Ia menarik napas kuat-kuat sebelum menjawab permohonan gadis ini. Ia mendekatkan wajahnya tepat di samping wajah sang gadis, membisikkan sesuatu. "Apa kau pikir kekasihmu itu mau repot-repot datang kemari dan menyelamatkanmu, huh?" tanyanya seraya mengusap lembut bongkahan pipi gadis cantik itu yang mulai menirus itu dengan ibu jarinya.

Gadis itu tak bersuara. Ia menggigiti bibir bawahnya kuat ketika merasakan sesuatu yang tidak asing lagi hendak keluar dari tubuhnya. Taemin terkekeh pelan. "Rasanya sungguh nikmat bukan?" tanyanya lagi, kali ini mulai menciumi wajah penuh peluh gadis itu.

NothinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang