Setelah pengalaman di tempat parkir itu, aku semakin ketagihan
untuk melakukan selfbondage di tempat umum. Semakin besar resiko
ketahuan orang, semakin besar pula kenikmatan yang aku rasakan dan
akhirnya orgasmekupun semakin hebat.
Pagi itu aku libur sekolah dan aku sudah siap untuk melakukan
selfbondage. Aku mengikatkan tali di tubuhku, di atas dan bawah
payudaraku seperti biasa, dan perut serta selangkanganku agar tali
tidak bergeser. Lalu aku memasukkan vibrator kecilku yang sering
aku gunakan di sekolah ke vaginaku dan memakai kaos tipis yang
akan memperlihatkan ikatan tali di tubuhku. Aku memasukkan es batu
yang berukuran agak besar ke dalam tasku yang bisa menahan es agar
tidak leleh untuk beberapa jam.
Setelah aku sarapan, aku mencegat angkot. Aku duduk di samping
sopir. Aku menuju daerah di pinggir kota yang berhutan. Di dalam
angkot, vibrator terus menggoda vaginaku. Udara panas di dalam
angkot membuatku berkeringat dan kaosku basah sehingga semakin
memperlihatkan bagian dalam tubuhku. Ketika orgasme menyerangku,
aku menggigit bibirku dan mengerang kecil sambil menoleh ke
jendela agar tidak ada yang curiga. Dua atau tiga kali aku orgasme
sepanjang perjalanan itu dan akhirnya aku turun dari angkot. Aku
berjalan pelan karena vibrator membuatku merasa nikmat sekali. Aku
akhirnya melepas vibratorku karena aku tidak tahan dan aku ingin
berjalan agak cepat.
Setelah sampai di hutan cukup dalam, aku mencari dahan pohon yang
agak pendek dan melemparkan tali di sana. Aku beberapa kali
mengetes apakah kalau es batu nanti mencair, maka gunting akan
menggantung dalam jangkauanku. Gunting itu sebelum aku bekukan aku
ikat tali, dan ketika es meleleh maka tali akan menahan gunting
dari jatuh.
Setelah aku menemukan posisi yang paling pas maka aku segera
memasukkan vibratorku dan mengikat tanganku ke atas. Payudaraku
menyembul ke depan. Aku memejamkan mata dan membayangkan di hutan
ini terdapat seorang cewek yang terikat dan orgasme berkali-kali.
Sinar matahari sedikit mengenai tubuhku. Berbagai serangga terbang
di sekitarku dan ada yang hinggap di tubuhku.
Aku segera membuka mata ketika aku rasakan ada tangan yang meraba
payudaraku. Aku berteriak ketakutan karena ada 3 orang laki-laki
hitam kekar membawa peralatan untuk menebang pohon. Mereka
menyuruhku diam karena percuma saja berteriak, tidak akan ada yang
mendengarnya karena aku terlalu masuk ke dalam hutan. Salah satu
dari mereka melepas vibratorku dan memasukkan jarinya ke vaginaku.
Aku meronta dan memohon agar mereka melepaskan aku. Jari itu terus
mengocok vaginaku yang sudah basah karena terangsang. Mereka
tertawa-tawa dan menghinaku. Aku tidak bisa membohongi diri
sendiri bahwa aku juga merasa nikmat digitukan. Beberapa saat
kemudian aku orgasme. Aku mendesah keras karena orgasme kali ini
lain dari biasanya. Orang itu memotong tali di dahan pohon yang
menahan tanganku. Lalu mereka membaringkan aku di tanah. Setelah
membuka celananya, salah satu dari mereka memasukkan penisnya ke
vaginaku. Aku mendesah hebat karena sensasi di vaginaku yang
sangat hebat. Sambil vaginaku terus dikocok, teman yang satunya
mengambil es batu dan membaginya dengan rekannya yang hanya
melihat saja. Mereka berdua meletakkan es batu itu di puting
payudaraku dan meratakannya di seluruh bagian tubuhku. Ketika es
batu itu menyentuh payudaraku, aku merasakan kenikmatan yang luar
biasa. Aku sedang disetubuhi dengan terikat di tengah hutan sambil
tubuhku dibasahi oleh lelehan es batu. Setelah puas membasahi
tubuhku mereka membuka celananya dan mengocok penisnya di wajahku.
Aku menggelinjang hebat ketika orgasmeku datang dan ketiga orang
dari mereka sama-sama menyemprotkan spermanya di vaginaku dan
wajahku.
Lalu orang yang tadi menyetubuhiku mundur dan satu per satu aku
harus memuaskan nafsu mereka. Ketika salah seorang dari mereka
menyetubuhiku, yang lain memasukkan penisnya di mulutku dan
mengocok dengan tangannya.
Mereka memotong tali di tanganku dan menyuruhku memegang penis
mereka dan memasukkan ke mulutku. Satu per satu aku harus mengoral
mereka. Mereka memasukkan penis berikutnya ke mulutku ketika
mulutku masih penuh sperma temannya. Sambil aku mengocok penis,
yang lainnya ada yang menjilati putingku dan memasukkan penisnya
ke vaginaku.
Rasa seperti inilah yang selama ini aku cari dengan selfbondage.
Aku sering membayangkan ketahuan ketika melakukan selfbondage dan
akhirnya aku diperkosa.
Orgasmeku datang dan aku terus mempercepat kocokan penis di
mulutku. Setelah mereka puas, tanganku diikat kembali dan mereka
membawaku ke gubuk mereka. Lalu mereka meninggalkanku di gubuk
mereka.
Beberapa saat kemudian seorang dari mereka muncul sambil membawa
makanan. Ikatan di tanganku dilepas dan aku disuruhnya makan. Saat
itu hari sudah mulai gelap.
Setelah selesai makan, orang itu lalu mengikat tanganku lagi dan
meninggalkanku semalaman terikat, terlanjang, sendirian di gubuk
di tengah hutan.
Tengah malam mereka datang lagi dan memperkosaku semalaman.
Sudah tidak terhitung berapa kali aku orgasme. Tubuhku masih
terikat tali seharian dan mereka terus memperkosaku. Vaginaku
terasa terbakar, tubuhku terasa lelah.
Ketika matahari mulai terbit, mereka baru mengakhiri perkosaan itu
dan membiarkanku pergi. Aku memakai kaosku dan aku berjalan ke
jalan raya.
Setelah mendapat angkot, aku segera pulang dan membersihkan
tubuhku yang lengket penuh sperma dan keringat itu.
Aku tidak menyesali perbuatanku kemarin dan itulah yang aku
bayangkan tiap aku melakukan selfbondage.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothin
Random17+ ❌ 21+ ✔ Uda dikasi tau jan ngeyel Setiap chap ga berhubungan samsek ciyus Kalo ada kesamaan mohon dimaapin karna saya juga hanyalah manusia Fyi 1a-c,1e tambahan buat 1d karna biyar gak ngegantung Since 2015