-Happy reading-
maaf jika ada kesalahan dalam menulis, seperti kurang huruf, bahasa yang sulit dimengerti, tanda baca yang salah, dsb_oOo_
Hari ini sekolah diliburkan sehubungan seluruh guru dan staf akan mengadakan rapat untuk membahas ujian tengah semester yang akan diadakan senin depan.
Dan hal tersebut dimanfaatkan oleh Andra untuk lebih pagi datang ke rumah Dilan dan mengajarnya. Bahkan saat dia sampai, cowok itu belum bangun dan harus menunggu sekitar setengah jam untuk Dilan mandi.
Sudah hampir dua minggu Andra menjalankan tugas dari kepala sekolah untuk mengajar Dilan. Meskipun kejadian di perpustakaan seminggu yang lalu membuat Andra merasa sangat amat tidak nyaman, karena Dilan yang sudah datar semakin datar lagi padanya.
Andra juga bingung harus meminta maaf seperti apa. Kesannya Andra yang bersalah disini. Cewek itu hanya bisa menahan sabar saat mengajukan pertanyaan kepada Dilan namun cowok itu diam tidak menjawab sama sekali.
Kalau bisa dihitung setiap kali Andra menjalankan tugasnya, Dilan hanya berbicara tidak sampai sepuluh kata.
Seperti sekarang, Andra memang harus sangat bersabar dengan cowok itu.
Padahal senin depan sudah diadakan UTS, dan Andra benar-benar merasa terbebani karena harus membimbing Dilan dan dirinya sendiri. Ditambah dengan sikap Dilan yang sebelumnya sudah dingin menjadi semakin dingin lagi.
"Mending gue tinggal di kutub utara aja sekalian." Gumam cewek itu sambil memandang Dilan yang tengah memainkan ponselnya.
"Dilan, dengerin penjelasan gue dong. Ini pertemuan terakhir kita. Soalnya minggu depan gue gak bisa ngajarin lo, gue juga belajar buat UTS." Andra memohon sambil menatap memelas kepada cowok yang duduk berseberangan dengannya.
Dilan diam. Cowok itu seolah menganggap ucapan Andra hanya sebagai angin lalu.
Andra membuang nafasnya pelan. "Kalau gue salah, gue minta maaf. Gue sama sekali gak bermaksud bilang kayak gitu waktu itu, gue cuman kaget aja. Plis dong Lan, ngertiin gue." Cewek itu benar-benar tidak tau harus berkata bagaimana lagi.
Dilan mengalihkan pandangannya, "Ngapain lo minta maaf?"
"Karna lo marah sama gue."
"Lo tau darimana?"
"Dari sikap lo yang dingin."
"Bukannya gue memang gini?"
Andra langsung melipat bibirnya kedalam. Benar, Dilan sudah begitu dari sananya. Hanya saja, Andra tetap merasa ada yang mengganjal.
"Plis Lan, dengerin penjelasan gue."
"Yaudah ngomong."
"Ck," Andra berdecak, "Gimana lo bisa dengar kalau main HP terus?"
"Gue dengar pake telinga, bukan mata."
"Tapi lo gak bakalan fokus."
Dilan menurunkan handphonenya dan memandang Andra dengan datar. "Lo tinggal jelasin dan gue dengar pake telinga gue trus gue bakal kerjain soal yang lo kasih." Cowok itu menarik nafasnya sebentar, "Sekarang ngomong!" Terdengar jelas bahwa Dilan memerintah Andra.
Andra menatap Dilan dengan kesal. Tidak tahukah cowok itu bahwa Andra sangat membenci dirinya? Demi apapun itu, Andra ingin menendang Dilan ke planet lain agar spesies manusia macam Dilan hilang dari muka bumi.
Cewek itu mengangkat buku paket matematika sambil mulai menjelaskan kepada cowok itu. Bahkan Andra sampai memberanikan dirinya untuk pindah dan duduk di sebelah Dilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DILANDRA
Teen Fiction"Kalau lo cuman menilai seseorang dari luarnya aja, berarti lo sama aja dengan orang-orang bodoh di luar sana. Lo boleh menilai orang lain dengan segampang itu tapi lo gak pernah tau bagaimana mereka yang sebetulnya."