Anak Bulu; Konco Teras

13 1 0
                                    

Dia adalah seekor kucing ras warna hitam campur abu-abu yang tidak bertuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia adalah seekor kucing ras warna hitam campur abu-abu yang tidak bertuan. Ketika aku pindah, ia sudah tinggal di komplek ini entah sudah berapa lama. Aku suka kucing dan sudah diajarkan memelihara kucing dari kecil. Maka jangan heran jika menemukannya di tempat yang waktu itu masih asing bagiku, adalah keniscayaan.

Awalnya ia sangat takut padaku. Mungkin karena masih asing. Setiap kali hendak kudekati, baru selangkah, ia sudah ngacir tidak karuan. Tapi bukan aku kalau putus asa mendapat simpatinya. Kusediakan makanan di teras. Dia makan, tapi saat tak ada aku. Hari demi hari begitu, sampai sepertinya ia paham: aku tulus.

Maka entah sejak kapan ia menjadi sangat dekat. Setiap kali pulang, ia selalu mengejarku sampai rumah. Lalu kami duduk-duduk di teras, bermain dan semakin akrab. Lambat laun ia menjadi sangat lengket denganku. Sangat paham kedatanganku. Namun sayangnya, ia tidak boleh masuk rumah. Sudah aturan. Jadi, hampir setiap malam ia menungguku pulang untuk sekedar bermain barang sepuluh dua puluh menit di teras.

***

Seperti malam-malam biasanya, dia mendahuluiku sampai rumah, menunggu di teras meski sore tadi, ia sudah kuberi makan. Tapi kedatangannya memang bukan untuk sekedar makanan. Setelah bermain sebentar, aku masuk. Beberapa menit kemudian aku keluar lagi untuk mengambil sandal lantai yang tertinggal.

 Beberapa menit kemudian aku keluar lagi untuk mengambil sandal lantai yang tertinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata dia masih di teras dan langsung mengeong ketika melihatku. Aku menghampirinya yang juga berjalan menghampiriku. Lalu kubilang,

"Hei, kenapa menunggu?"

Aku jongkok dan mengelus kepalanya. Seperti paham, dia mengusapkan kepalanya ke tanganku berkali-kali. Aku hendak beranjak masuk lagi ketika ia mengikuti.

Sampai pintu ia berhenti lagi. Paham sekali bahwa ia dilarang masuk, namun tidak bisa tidak menahan diri untuk mengikutiku. Ia mengusap2kan kepalanya ke sisi pintu, seolah bilang,

"Aku ingin ikut masuk.."

Aku tertahan di pintu dan menatapnya iba. Sambil jongkok lagi, kuelus kepalanya dan bilang

"Aku tahu. Aku tahu rasanya kesepian.. andai saja ini rumahku."

Ya, di teras, kita berbagi sepi. 🐈

(Bonus komik²an)

(Bonus komik²an)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


____
Oktober 2018

CeriteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang