“Bagaimana mungkin aku meminta pertanggungjawabanmu atas rasaku padamu sedangkan aku tahu rasa itu berasal dariNya? Pun jika aku harus meminta pertanggungjawabanNya, haruskah dengan memintaNya memberikanmu kepadaku?
Bagaimana kalau ternyata itu hanyalah salah satu pelajaran bernama ‘ikhlas’ atau ‘tegar’? Bagaimana kalau itu caraNya menguji cintaku padaNya? atau caraNya memberitahuku kalau Ia Pencemburu?”
“Sayang, Dia Maha Bertanggungjawab atas apapun yang Dia titipkan pada hambaNya. Atas rasamu padaku, tentu saja itu urusanNya semata. Entah dengan memberikanmu padaku (sama dengan memberikanku padamu),
entah dengan membekalimu pelajaran bernama ikhlas ataupun tegar, atau dengan menjadikanmu semakin dekat padaNya lantaran memang padaNya satu-satunya perasaan kita bermula dan kembali. Tenanglah, Tuhan kenal baik tentang kita..”
Andai itu percakapan Qays dan Laila sebelum mereka benar-benar berpisah, maka mungkin Laila tidak jadi bunuh diri dengan menyiksa batin suaminya, dan Qays tetaplah Qays tanpa menjadi Majnun yang meninggal di atas pusara Laila.
(Semarang, Mei 2016)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritera
General FictionHidup adalah rangkaian cerita dengan Penulis Maha Hebat. Ini hanyalah serba-serbi cerita keseharian salah seorang tokoh dalam menjalani ceritanya bersama tokoh-tokoh lain yang ia temui selama hidup. Juga, apa-apa yang ia hadapi. Tidak melulu istimew...