Suara cukup gaduh di dalam kelas XI IPA 2 lenyap seketika. Kata "putus" yang keluar dari mulut Virgo seolah adalah hal krusial, apalagi bagi mereka yang suka taruhan tentang berapa lama Virgo pacaran.
"Wah!" Bunga membuang wajah sejenak, menghela napas panjang, lalu menatap kecewa cowok yang duduk di kursi. "Alasan lo kekanak-kanakan."
Virgo mengangkat bahu cuek. Tidak memedulikan Bunga yang matanya sudah berkaca-kaca. Mereka berdua menjadi tontonan gratis anak-anak kelas, tetapi Virgo terlalu acuh.
"Mendingan lo keluar aja, deh!" usirnya.
Anak penghuni kelas XI IPS 1 itu pun meremas kedua sisi roknya sebelum meninggalkan kelas Virgo. Ia malu dan tidak kuat menahan air mata yang mulai menetes.
Seorang gadis berponi yang baru saja masuk ke kelas segera tahu apa yang terjadi ketika melihat wajah Bunga. Ia menghentikan langkah tepat di hadapan Bunga, sedangkan tatapan tajamnya tertuju pada cowok yang tengah mengobrol santai bersama teman sebangkunya—Devan. Seolah tidak ada dosa besar yang baru saja diperbuatnya.
"Dasar Virus Gombal kurang ASI!" umpatnya lirih.
Meskipun begitu, cewek yang tengah menangis sesenggukan di hadapannya mendengar, lalu mengangkat kepala. "Gu-gue enggak papa, kok."
Gweny menoleh dan menatap iba Bunga. "Sabar, ya? Insyaa Allah, hal terburuk pun punya sisi baiknya, kok. Mungkin enggak saat ini, tapi nanti." Ia mengusap lengan Bunga.
Gadis itu mengangguk lemah, lalu berkata, "Makasih, Gwen." Setelah mendapat respon anggukan serta senyum tulus dari Gweny, ia pun keluar kelas.
Bukan kali ini saja Virgo mematahkan hati para cewek di SMA Bintang Nusa. Sebagai ketua kelas, sudah seharusnya Gweny menertibkan teman-temannya yang berbuat onar. Cowok tersebut adalah sosok yang menduduki posisi paling atas untuk menjadi sasarannya.
Ia berjalan cepat ke arah Virgo, lalu tangan kanannya menarik poni cowok tersebut. "Eh, lo!"
"Aduh!" Virgo segera menghempaskan tangan Gweny untuk mengamankan salah satu aset yang digunakan sebagai daya tariknya. Kemudian, mendongak dan menatap kesal cewek garang tersebut. "Gwyneth Arsyakayla Metana?"
"Heh, sembarangan ganti-ganti nama orang!" Gweny menunjuk name tag seragam OSIS-nya dan berkata, "Nama gue Zettana, Virgo Dirgantoro Lazuardi."
"Metana mah kentut lo kali, Vir!" seru Putra dari arah belakang Virgo. Membuat anak-anak tergelak; sementara Virgo mendesis kesal padanya.
Bagi kelas ini, tidak ada hiburan nyata yang lebih seru daripada adu mulut antara sang Ketua Kelas dan Bendahara itu. Gweny sebenarnya bukan anak yang cerewet, tetapi jika ada hal yang menurutnya tidak benar, maka ia tidak segan-segan bersuara. Selain karena bertanggungjawab, inilah alasan Gweny dipilih menjadi ketua kelas—tidak over acting.
"Lo apa-apa, sih?! Dateng-dateng bikin ribut sama gue. Masih pagi juga," omel Virgo sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat jambakan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time
Teen FictionKesabaran Gweny habis hanya karena satu orang di kelasnya, yaitu Virgo. Banyak teman-teman Gweny yang menjadi korban ke-playboy-an Virgo. Sebagai pribadi yang memiliki empati tinggi dan tanggung jawab sebagai ketua kelas, Gweny tidak bisa diam saja...