1-12 ("Sudah ... Siap?")

1.6K 132 44
                                    

Halo, Paijeh disini.
Dulu sewaktu TK, aku pernah mengurung diri karena bertengkar dengan kucingku satu-satunya. Dia yang salah, bukan aku.
T i t i k! Tidak pakai koma!!!

-----------

--- POV Nari ---

Aku terbangun, karena mendengar hentakan bunyi yang mengganggu tidurku. Master sepertinya sudah beranjak dari tempat tidurnya untuk menyiapkan sesuatu. Apa yang dia rencanakan? Apakah sebuah pelatihan?? Ataukah tantangan???

'Aku penasaran'

Nari lalu memperhatikan masternya lewat mata bayangan yang sengaja ia taruh dari luar dan dalam tenda. Dia menaruhnya, agar terhindar dari serangan lawan yang tidak diduga.

'Mn, wajahnya mulai serius'

Itu cukup keren ketika dipandang. Gyuh! Lupakan!!! Aku harus selalu mengawasinya, itulah tugasku sebagai pengikutnya.

'A-aku tidak bohong tau!'

Mata bayangan'ku terus menyala untuk melihatnya. Master masih belum menyadari bahwa aku telah mengawasinya. Master masih saja memandang tiga bola, dengan simbol dan tulisan yang belum pernah kubaca sebelumnya.

Mn, apakah ada hal khusus didalam bola yang dipegangnya? benda kenang-kenangan misalnya?? Apakah jangan-jangan akan ada pelatihan selanjutnya???

Sambil mengawasi master yang tengah sibuk meratapi bola yang dipegangnya, master lalu menghela nafas setelahnya.

***Sighh. . . ***

Seketika, master melirih sinis menghadap mata bayangan yang aku gunakan untuk melihatnya.

"Nari, bisakah kau membantuku untuk membangunkan mereka?" (Paijeh)

'S-Sejak kapan dia sadar?'

*** Gulp ***

Aku masih berpura-pura tidur untuk mengelaknya. Aku malu! Bagaimana bisa aku jadi penguntit tanpa ijin tuanku!!!

"Nari?"

'Tidak! Nari sedang tidur, lain kali saja!!'

Laki-laki yang memanggilnya, lalu menuju dirinya sambil menyimpan tiga bola di sakunya. Dia hanya tersenyum, melihat wajah Nari yang gelisah sambil menahan nafas.

"Apakah. . . perutmu lapar?" tanyanya.

Perlahan, dia mulai mengelus wajahnya(Nari). Tidak hanya mengelus, dia juga menyubit pipinya dengan sebuah senyuman usil.

Nari masih bersikap keras untuk mempertahankan wajah tenangnya, tetapi dadanya berdetak kencang karena sikap tuannya.

'Ini buruk!'

"Nari~ ada daging besar menunggumu," ucapnya menggoda, "Apakah kau akan melewatkannya? Irisan daging yang empuk, lalu saus yang mengunggah selera, mengingatnya saja sudah membuatku lapar ingin memakannya, yumn~" lanjutnya mendekat kewajahku dengan senyuman aneh.

'Aku harus bertahan!'

Memang aku menyukai daging, tapi aku tidak boleh kalah! Aku tidak suka jika master menganggapku sebagai wanita lemah. Apalagi sampai tergoda rayuannya!!

Isekai : Paijeh World Art (≖ᴗ≖ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang