Rutinitas

60 36 17
                                    

" tersenyum, ya hanya itu yang bisa ku lakukan"
*****
"PENGUMUMAN UNTUK SEMUA SISWA SISWI SMA NUSA INDAH, KALIAN BISA BELAJAR DI RUMAH HARI INI, KARENA AKAN DIADAKAN RAPAT GURU, SEKIAN DAN TERIMA KASIH" Suara lantang yang terdengar dari pengeras suara di sudut kelas, membuat semua siswa siswi berhamburan keluar kelas.

"Ran, ayo kita pulang!" ajak Desi.

"Eh, kamu duluan aja Des, aku masih mau merapikan buku-buku aku" jawab Rania yang masih terfokus pada buku-bukunya.

"Kamu ini ya Ran kebangetan banget deh,, gue itu di depan lo bukan di buku-buku itu, masa gue ngomong, bukannya ngeliat gue malah ngeliat tuh buku!" gerutu Desi sambil mengerucutkan bibirnya.

"Des, bibirnya jangan dibikin begitu entar jatoh gimana, mending kalo cuma jatoh, kalo di bawa kabur semut gimana??" cerocos Rania sambil melotot ke arah Desi.

" mata lo itu kagak gitu juga kali. Gue tau kok gue emang cantik jadi jangan sampe segitunya neng" Desi hanya tertawa melihat wajah Rania yang cemberut.

" au ah, aku mau pulanga aja" Rania langsung meninggalkan Desi yang masing bengong.

1 detik
2 detik
3 detik

"EH, RAN TUNGGUIN GUE BEGO, LO MAU YA KALO GUE DI CULIK KUNTI YANG DISINI??" teriak Desi sambil berlari.

Rania hanya tertawa mendengar teriakan Desi setidaknya itu bisa menghiburnya walaupun hanya sesaat.

*********
"Assalamualaikum" ucap salam dari Rania.

"Kok sepi ya, ibu kemana ya" batin Rania.

Ia pun langsung masuk kerumah, yang ternyata tak terkunci. Ia pun langsung mencari ibunya. Sesampainya dikamar ibunya, ia melihat secarik kertas.

"Ibu pergi belanja dulu ya Ran, ibu udah siapain makanan buat kamu"

"Ibu bikin aku khawatir" gumam Rania.

Setelah itu ia langsung membersihkan dirinya. Dan memakan makanan yang telah di buat ibunya.

"Astagfirullah, udah jam 3, mampus aku, bakal telat nih!!!" Rania langsung berlari ke depan rumah untuk mengambil sepedanya.

********
"Hosh-oh maaf pak saa-ya telat" sergah Rania ketika ia sampai sambil ngosngosan.

"Gapapa Ran,, yaudah cepet ganti baju ya, terus kamu layani meja no 6 ya!" ucap pak Anto, kemudian ia langsung pergi.

Rania sekarang sedang di salah satu restoran, kenapa dia disana?? Dia udah lama bekerja disana semenjak kelas 8 smp. Ia terpaksa bekerja untuk menghidupi dirinya serta ibunya.

Walaupun gajinya yang tak seberapa, tapi ia sudah menganggap itu sangatlah besar baginya. Ia bisa membeli semua keperluan yang ada dirumahnya menggunakan uang gajinya tersebut.
*******

"Selamat sore kak, ada yang ingin anda pesan?" tanya Rania sopan.

"Oh iya, saya mau milkshake dan red velvetnya masing-masing dua ya" yang Rania yakin orang di depannya masih sekolah.

"Baiklah saya ulangi, milkshake dan red velvet masing-masing 2" melihat pelanggannya mengangguk, Rania langsung menyampaikan pesanannya kepada bagian dapur.

Setelah beberapa menit ia pun telah kembali dengan menu yang di pesan di tangan kirinya.

" silahkan di makan makanannya kak"  ucap Rania sambil tersenyum seraya memberikan makanannya.

Ketika Rania berbalik,

"Eh,, tunggu dulu" kata wanita itu.

"Iya ada apa ya?" Rania pun langsung berbalik.

"Bukannya lo itu Rania ya , anak IPA kan, lo juga temennya Desi kan,, wah wah wah,, gila, Desi sekarang demen berteman sama pelayan kayak lo ya, gak habis pikir gue" hardik wanita itu.

"Oh iya, lo pasti bingungkan,, gue Devia sekelas juga sama lo, seharusnya lo itu sadar, lo gak level berteman sama Desi, jadi lo jangan sok-soan deh!"

Mendengar itu semua Rania hanya bisa menunduk karena perkataan Devia memang benar kalau dia gak pantas berteman dengan Desi.

"Heh, apa apaan ini, kenapa kamu membuat keributan di restoran saya?" tiba-tiba pak Anto langsung menengahi mereka.

"Maaf pak, saya kelepasan. Ini bayaran untuk makanannya" ucap Devia seraya meletakkan uang 100 ribu di atas meja, kemudian ia langsung menarik tangan sahabatnya untuk pergi dari restoran itu.

Sesekali Rania melihat Devia yang melihatnya dengan tatapan meremehkan.

"Sudahlah Ran, jangan dipikirin" ucap pak Anto selaku pemilik restoran tempat ia bekerja.

"Iya pak, makasih" Rania langsung kembali bekerja.

"Apa aku masih kurang sabar, sampai-sampai Tuhan masih saja memberiku cobaan seperti ini" gumam Rania sambil mengelap air matanya yang sudah meluncur begitu deras dengan ujung kemejanya.

Hai guys,, aku balik lagi, maaf kalo gak bagus ceritanya, setidaknya tolong hargai.

Hasil Dari PerjuanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang